zika-virus-outbreak

Alfian Mujani

[email protected]

DIMULAI di Singapura, virus Zika menyebar secara sporadis hampir ke penjuru negara-negara di region Asia Tenggara. Dalam kurun antara Mei-Agustus tercatat 400-an kasus terjadi di Singapura saja, itupun berupa transmisi lokal atau bukan karena ‘diimpor’ dari Amerika Latin yang sedang mewabah.

Kondisi semakin memanas dengan adanya kabar bahwa ada warga negara Indonesia yang terjangkit virus Zika di Singapura, pada awal September lalu. WNI tersebut hanya diketahui berjenis kelamin perempuan.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Ngurah Swaja, menyebutkan WNI yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga (ART) ini juga sudah mendapat perawatan dan dalam kondisi baik.

Tak hanya itu, sebelumnya 21 warga negara China terkonfirmasi mengalami infeksi Zika di Singapura. Seorang perempuan warga negara Malaysia juga terkonfirmasi positif Zika setelah bepergian ke Singapura selama 3 hari pada 19 Agustus. Perempuan ini mengalami ruam dan demam selama sepekan sepulang dari Singapura.

Setelah WNI, kabar bergeser ke Filipina. Kementerian Kesehatan setempat menyebut seorang wanita berusia 45 tahun dipastikan mengidap virus Zika. Kasusnya sama seperti di Singapura, yaitu transmisi lokal, sebab si wanita tak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Ini bukan pertama kalinya Filipina memiliki kasus Zika. Pada tahun 2012, seorang remaja dari Kepulauan Cebu disebut positif mengidap Zika. Kasus lainnya terjadi pada 4 orang asing di tahun yang sama. Semua pasien sembuh dan tidak mengalami komplikasi.

BACA JUGA :  Wajib Tahu Ini, 6 Manfaat Jahe Merah bagi Tubuh

Kemudian virus Zika juga tersebar hingga ke Thailand. Otoritas melaporkan sudah ada 200 kasus Zika yang terdeteksi di Thailand sejak bulan Januari 2016, tersebar di 16 provinsi di Thailand. Meski awalnya jumlah kasus tidak signifikan, namun ada peningkatan temuan kasus baru dalam tiga pekan terakhir.

“Sejak Januari, tercatat sudah ada 200 kasus Zika di Thailand. Dan dalam tiga pekan terakhir, rata-rata ada 20 kasus baru yang ditemukan tiap minggunya,” tutur Suwannachai Wattanayingcharoenchai, juru bicara dari Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand.

Suwannachai menduga ditemukannya kasus Zika di provinsi baru ini berhubungan dengan tingginya arus masyarakat yang datang ke Bangkok untuk melayat Raja Bhumibol Adulyadej yang meninggal bulan Oktober lalu. Ada kemungkinan para pasien digigit nyamuk di Bangkok dan akhirnya menularkan Zika ke daerah asalnya.

Akibatnya, jumlah kasus yang tercatat pun bertambah menjadi lebih dari 600 kasus Zika. Thailand juga menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memastikan adanya bayi lahir dengan mikrosefali akibat virus Zika. Sampai-sampai otoritas setempat memberikan kelonggaran kepada tim medis untuk melakukan aborsi bila ditemukan kasus mikrosefali pada calon bayi lagi, kendati aborsi dianggap ilegal di Negeri Gajah Putih.

Beberapa waktu lalu, pakar virologi dari School of Chemistry and Molecular Bioscience University of Queensland, Prof Paul Young kepada detikHealth menyebut Asia Tenggara memang memiliki populasi vektor yang dapat menularkan Zika cukup tinggi.

BACA JUGA :  Simak Agar Tak Jatuh Sakit, Hindari Konsumsi 2 Makanan Ini Saat Hujan

Hanya saja karena data tentang infeksi Zika di Asia Tenggara sangat terbatas, termasuk Indonesia, hal ini menyulitkan tim medis untuk memberikan diagnosis yang tepat, selain karena kemiripan virus Zika dengan golongan flavavirus lain, termasuk Dengue.

Prof Dr dr Amin Subandrio, SpMK, direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan tanpa ada penyebaran virus Zika dari Singapura, transmisi lokal juga bisa saja terjadi di Indonesia karena:

  1. Indonesia termasuk ke dalam wilayah Dengue Belts, atau daerah endemis nyamuk Aedes aegypti yang juga vektor infeksi Zika
  2. Kasus Zika sudah pernah ditemukan di Indonesia, yaitu di Jambi pada tahun 2014. LBM menemukannya saat melakukan riset tentang demam berdarah dengue. Dari salah satu sampel pasien yang diperiksa ada yang terinfeksi virus ini.

Ia juga memastikan virus Zika yang ada di Afrika (asal muasal wabah Zika di Amerika Selatan, red) dan di Asia sama sekali berbeda. Virus Zika Asia dikatakan telah bermutasi sehingga tidak berisiko memicu kecacatan lahir seperti mikrosefali dan Guillen-Barre Syndrome.

“Tapi tidak perlu panik karena Zika lokal di Indonesia gejalanya ringan, hanya nyeri-nyeri badan saja dan demam, dalam waktu kurang dari 5 hari sudah sembuh,” terangnya.

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================