Lebih lanjut pria yang pernah menjadi Kepala Divisi Humas Polri ini mengatakan bahwa, Teknologi Informasi juga menjadi salah satu alasan mengapa generasi muda kian rentan terpapar radikalisme. Akses tanpa batas dunia internet, dengan mudah dilakukan generasi muda meski mereka hanya mengandalkan satu perangkat teknologi saja.

“Untuk itu kami sangat mengapresiasi Umaha yang telah menginisiasi untuk membentuk kelompok peneliti dengan melibatkan beberapa universitas yang ada di wilayah Surabaya, Madura dan bahwkan Cirebon, guna mengadakan penelitian terhadap para mahasiswa untuk mencari sumber permasalahan serta memberikan solusi pencegahan terhadap pemahaman radikalisme dikalangan mahasiswa,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini.

BACA JUGA :  Tega, Suami di Tuban Cekik Istri hingga Tewas, Diduga usai Cekcok

Pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini mengatakan, dengan keterlibatan para akademisi diharapkan keterlibatan generasi muda di lingkungan pendidikan yang terlibat dalam tindak terorisme ataupun yang terpengaruh paham radikalisme semakin berkurang.

“Dan tentunya ini membutuhkan kerjasama serta komitmen kedua belah pihak yaitu Universitas Ma’arif Hasyim Latif bersama BNPT untuk dapatnya diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang lebih konkrit lagi,” kata pria yang pernah menjadi Kapolres Metro Jakarta Barat dan Kapolres Depok ini.

Sedangkan, Rektor Umaha, Dr. H. Ahmad Fathoni Rodli, M.Pd mengakui jika kerawanan generasi muda terpapar faham radikalime memang sangat besar dan sudah cukup mengkhawatirkan. “Bahkan, saat menjadi mahasiswa, mereka sudah mendapatkan konsep radikalisme dari level dosen atau pengajarnya sendiri. Ini yang sedang kita cari penyebabnya dan cara penyelesaiannya,” ujar Ahmad Fathoni.

BACA JUGA :  Cemilan Lezat ala Rumahan, Ini Dia Resep Donat Panggang Oreo Kesukaan Anak

Dirinya bahkan menggunakan beberapa pendekatan agar motif dan potensi radikalisasi bisa diketahui sejak dini. “Bahkan kami sedang mengembangkan games permainan yang bisa mengidentifikasi seberapa jauh tingkat esktrim seseorang terhadap pemahaman konsep radikalisme itu,” ujarnya.

Rencananya prograam kerjasama ini akan menghasilkan kajian ilmiah yang mengikat agar bisa diterapkan dalam sebuah kurikulum dalam dunia pendidikan dan diterapkan dalam berbagai skala usia. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================