JAKARTA TODAY- PT Pertamina (Persero) berencana untuk masuk ke bisnis ritel Bahan Bakar Minyak (BBM) ke beberapa negara di Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, serta negara-negara semenanjung Indochina yang terdiri dari Kamboja dan Vietnam.

Direktur Pemasaran Pertamina M. Iskandar menuturkan, langkah ini diambil sebagai salah satu ekspansi bisnis hilir migas perusahaan. Saat ini, kajian pemasaran tengah disusun, sehingga aksi korporasi ini bisa berjalan di tahun 2018. “Saat ini kami masih lakukan kajian, kami harapkan tahun depan sudah mulai lakukan penetrasi pasar,” ujar Iskandar, Kamis (4/5).

Untuk melancarkan aksi tersebut, perusahaan tentu perlu mengeluarkan belanja modal. Sayangnya, ia masih belum mengetahui angka pasti nilai investasinya. Meski demikian, ia mengaku perusahaan sudah mengeluarkan puluhan miliar sebagai kajian awal.

“Nanti, sistem bisnisnya pun akan dikerjasamakan dengan badan usaha di negara-negara setempat. Meski nantinya mitra kami sudah punya nama di sana, kami harus mulai dari awal lagi untuk menggaet pangsa pasar, karena hitungannya kami di sana jadi pemain baru,” paparnya.

BACA JUGA :  Karate Internasional di Bangkok, Naufal Putra Diandra Sabet Medali Emas Ajang SeakF Asia ke-11

Diantara seluruh negara tersebut, Iskandar menyebut bahwa Thailand adalah negara yang paling siap. Pasalnya, perusahaan pelat merah itu sudah paham potensi pasar di negara gajah putih melalui pemasaran produk pelumas di bawah Pertamina Lubricants (Thailand) Co. Ltd.

Di samping itu, perseroan pelat merah ini juga telah mengakuisisi pabrikan pelumas Thailand, AMACO Production Co. Ltd. Dengan kata lain, Pertamina sudah memiliki mitra bisnis yang pasti untuk melebarkan sayap ke Thailand.

“Nantinya, kerja sama ini yang kami pakai untuk masuk ke bisnis ritel BBM. Ini merupakan langkah baru, dan hal ini pun sebelumnya tidak dicantumkan ketika kami menyepakati nota kerja sama bisnis pelumas,” paparnya.

Menurutnya, negara-negara tersebut dibidik sembari menunggu pengumuman hasil lelang pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Myanmar. Pasalnya, hingga saat ini, belum ada pengumuman pemenang meski tendernya menyisakan dua peserta terakhir saja. “Sampai saat ini belum ada pengumuman dari Myanmar, padahal prosesnya sudah berjalan dua tahun. Kami dengar, karena perubahan pemerintahan, maka mekanismenya juga berubah. Kami tunggu saja,” jelasnya.

BACA JUGA :  Polisi Amankan 29 Remaja di Semarang Bawa Cerulit, Diduga akan Tawuran

Saat ini, perseroan melayani penjualan ritel BBM di dalam negeri yang terbagi ke dalam BBM jenis penugasan dan Baha Bakar Khusus (BBK). Menurut data perseroan, penjualan BBM penugasan sepanjang tahun 2016 tercatat sebesar 23,78 juta kiloliter (kl) atau menurun 11,7 persen dibanding tahun sebelumnya 26,94 juta kl. Sementara itu, penjualan BBK perusahaan melesat 257 persen dari 2,98 juta kl di tahun 2015 ke angka 10,65 juta kl pada tahun berikutnya.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================