Dari sisi eksternal, BI menilai pertumbuhan ekonomi global membaik. Hal itu terlihat dari perkembangan ekonomi di Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa.

Kendati demikian, BI masih mewaspadai risiko pasar global yang di antaranya dipicu oleh kelanjutan rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, kebijakan fiskal dan perdagangan AS, serta perkembangan kondisi geopolitik di semenanjung Korea.

Keputusan BI sesuai dengan prediksi sejumlah ekonom. Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengungkapkan ditahannya suku bunga acuan BI masih konsisten dalam menjangkar inflasi tahun ini.

BACA JUGA :  Makan di Hajatan Khitanan, 166 Warga Purwakarta Keracunan Massal

Menurut Josua, tekanan inflasi berpotensi meningkat pada pertengahan tahun ini karena didorong oleh kenaikan permintaan barang dan jasa jelang ramadan dan lebaran. “Selain itu adjustment tarif listrik tahap 3 juga berkontribusi pada inflasi pada pertengahan tahun,” kata Josua melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com.

Senada dengan Josua, ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Akbar Suwardi juga meramalkan BI tetap menahan suku bunga acuannya. Dari sisi domestik, selain faktor tekanan inflasi, kebutuhan likuiditas jelang lebaran juga menjadi pertimbangan.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Ayam Goreng Madu yang Praktis dan Lezat

“Adanya kebutuhan likuiditas ketika hari raya sehingga diharapkan tidak ada kenaikan dulu karena ketika ada kebutuhan likuiditas, rate antar bank pun biasanya sudah akan meningkat,” jelasnya. (Yuska Apitya)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================