JAKARTA TODAY- Harga minyak menanjak pada perdagangan Senin (22/5) seiring optimisme pelaku pasar bahwa eksportir minyak dunia akan setuju memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi. Spekulasi mengenai pembatasan produksi akan menguat lebih jauh pada sebulan mendatang.

Dikutip dari Reuters, sejauh ini organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) termasuk Rusia berencana untuk memperpanjang pembatasan produksi pada pertemuan di Wina, Austria tanggal 25 Mei mendatang. Rencananya, kartel minyak itu akan kembali memangkas produksi 1,8 juta barel per hari selama enam hingga sembilan bulan mendatang.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengunjungi Irak di hari Senin demi meyakinkan negara itu untuk memperpanjang pemangkasan produksi selama sembilan bulan untuk menopang harga.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, anggota-anggota OPEC dan non-OPEX semakin menuju kesepakatan untuk memperlama pembatasan produksi. Namun, kekecewaan bisa timbul jika pada akhirnya tidak ditemui kata sepakat. Menurut riset Commerzbank, kalau pun pembatasan jadi dilakukan, kebijakan ini akan disambut secara netral saja.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut di Klaten, Toyota Etios Tertabrak KA Argo Wilis

Kendati begitu, harga minyak Brent masih menguat US$0,26 ke angka US$53,87 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,4 ke angka US$50,73 per barel. Kedua harga patokan minyak itu menanjak selama delapan sesi berturut-turut dan membawa harga minyak terbang 16 persen dari titik terendahnya awal bulan ini.

Beberapa analis mengatakan bahwa pembatasan yang semakin dalam diperlukan untuk menyeimbangkan pasar. Tapi, sejauh ini, pemangkasan itu merangsang perusahaan migas AS untuk meningkatkan produksi migas non-konvensional.

“Kami melihat bahwa surplus baru akan terjadi tahun depan jika kapasitas produksi OPEC dan Rusia meningkat ke level terbarunya dan pertumbuhan produksi minyak non-konvensional AS bertumbuh di tingkat yang tidak teratur,” ujar riset Goldman Sachs. Perusahaan minyak AS diketahui menambah pengeboran untuk 18 pekan berturut-turut karena dimotivasi oleh kenaikan harga minyak yang mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2015. Produksi minyak AS telah menyentuh 9,3 juta barel per hari atau meningkat 900 ribu barel per hari sejak pertengahan 2016 silam.

BACA JUGA :  Layanan Baru Disdukcapil Kota Bogor

Selain itu, pemangkasan produksi OPEC memaksa konsumen untuk mencari pemasok minyak alternatif. Menteri Perminyakan dan Gas Alam India mengatakan bahwa negaranya mempertimbangkan AS dan Kanada untuk mau memasok minyak ke negara Asia Selatan itu. (Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================