JAKARTA TODAY – Aksi terorisme baru saja menghantam Indonesia pada Rabu 25 Mei 2017 lalu. Halte Transjakarta di Kampung Melayu dibom dua pengikut ISIS yang mengakibatkan tiga anggota polisi tewas dan puluhan orang cedera. Ironisnya teror ini hanya berselang tiga hari dari bulan Ramadan 1428H, dimana umat muslim wajib menjalankan ibadah puasa. Meski efeknya tidak terlalu besar, teror bom Kampung Melayu tetap menimbulkan kekhawatiran terkait aksi biadab terorisme yang mungkin dilakukan di bulan Ramadan ini.

Pengamat intelijen Prayitno Ramelan mengungkapkan ada tiga unsur yang mendasari teror tersebut. Pertama mereka tetap menjadikan polisi sebagai sasaran. Kedua serangan itu, mereka menempatkan diri sebagai instrumen yang melakukan balas dendam karena banyak teman mereka telah jadi korban dan ditangkap di kasus Cicendo, Purwakarta, dan Tuban. Dan ketiga mereka ingin menunjukkan eksistensinya kepada sel – sel terorisme lainnya di Indonesia dan di luar negeri.

BACA JUGA :  Balkot Ramadan Fest 2024 Digelar 1-5 April, Ada Bazar Pangan Murah Hingga Penukaran Uang

“Ini orang – orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah. Dengan aksi ini mereka ingin menunjukkan bahwa mereka masih ada dan mungkin saja untuk menimbulkan ketakutan jelang bulan Ramadan,” kata Prayitno yang juga pensiunan bintang dua angkatan udara ini saat dihubungi di Jakarta, Selasa (30/5/2017).

Kendati demikian, lanjut Pray, panggilan karib Prayitno Ramelan, potensi ancaman terorisme di bulan Ramadan ini tidak terlalu besar, meski potensi itu tetap ada. Itu karena para pelaku teror di Indonesia, seperti di Kampung Melayu itu, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham dengan strategi besar ISIS, dimana mereka terkesan takut melakukan aksi bom di bulan Ramadan, apalagi bila korbannya orang muslim.

BACA JUGA :  Kecelakaan Pemotor Emak-Emak di Bantul Patah Tulang usai Ditabrak Vixion

“Intinya, ISIS takut dimusuhi orang islam sehingga mereka sangat hati-hati dalam melakukan aksi. Makanya mereka menjadikan polisi sebagai target. Inilah yang saya sebut potensi ancaman itu tetap ada karena para pelaku, khususnya yang tergabung dengan JAD itu menggunakan ideologi ISIS yang mereka katakan islam, walaupun islam gak jelas,” terang Pray.

============================================================
============================================================
============================================================