Ia memuji potret kebhinnekaan di Indonesia yang terjadi di bulan Ramadan ini. Saat umat islam berpuasa, masyarakat beragama lain, banyak yang terlibat kegiatan untuk mendukung berbagai kegiatan keagamaan seperti menyiapkan tajil, ikut menjaga masjid demi kekhusyuan umat islam beribadah. Hasilnya, ‘hiruk pikuk’ yang sebelumnya terjadi, seakan ‘tersiram’ air es, dan berubah menjadi kesejukan yang indah.

Menurutnya, potensi konflik berbasis etnis dan agama di Indonesia akan selalu ada. Memang Indonesia punya sejarah tentang kerukunan umat beragama di yang meluas, tetapi Indonesia juga punya sejarah tentang konflik di beberapa tempat, seperti Poso, Ambon dan Kalimantan.

BACA JUGA :  Gegara Balapan Motor, Siswa SMP di Makassar Dikeroyok 5 Pria Terekam CCTV

“Pendewasaan berpolitik sangat perlu. Elit politik jangan memobilisasi isu-isu etnik dan agama untuk kepentingan mereka. Kita punya pancasila sebagai perekat umat beragama dan etnik di Indonesia. Itu saja kita pegang dan perkuat. Insha Allah NKRI tetap kuat,” tegasnya.

Kendati demikian, lanjut Hamdi Muluk menilai, ancaman terorisme tetap harus diwaspadai. Pasalnya para pelaku terorisme ini selama ini sering menjadikan ideologi dan pemahaman agama yang salah sebagai ‘senjata’ melakukan aksinya, terutama pemahaman makna jihad.

BACA JUGA :  Minuman Pelepas Dahaga dengan Es Cincau Serut Gula Merah yang Manis Pas

Seperti bulan Ramadan ini, mereka selalu menjadikan sebagai ajang untuk berjihad dengan melakukan teror yang menimbulkan keresahan. Itu jelas salah, wong Ramadan itu adalah bulan penuh berkah sehingga kalau mau berjihad ya harus berbuat kebaikan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. (Iman R Hakim /*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================