Sejak hari selasa saya tidak keluar uang sama sekali, pipis di toilet stasiun Senin gratis. Sambil menunggu kereta berangkat dan jatah makanan dari panitia belum datang, para murid dan rekan guru pada beli makanan ringan, bakso, ayam goreng, minuman dingin dan lain-lain, saya hanya bisa melihat serta merasakan lapar.

Betapa nikmatnya saya makan siang dan malam dapat jatah dari panitia sewaktu di kereta, perjalanan kereta Jakarta-Malang ditempuh selama senam belas jam. Selama dalam perjalanan karena saya tidak punya uang,  lebih banyak saya gunakan untuk dzikir dan tidur. Rabu pagi menjelang sampai Malang, betapa nikmatnya rekan guru memberi roti, indomi rebus dan teh hangat manis sebelum jatah makan dari panitia ada.

Singkat cerita, rombongan akan kembali ke Jakarta jum’at sore dan sampai Jakarta sabtu siang. Betapa kagetnya saya, setelah melihat jadwal agenda perjalanan, ternyata jatah makan terakhir dari panitia adalah makan siang hari jum’at, sedang makan malam hari jum’at dan makan pagi hari sabtu adalah masing-masing peserta makan sendiri.

BACA JUGA :  Kebakaran Hangsukan Kapal Wisata Sea Safari 7 di Perairan Labuan Bajo

Maka saya tidak makan malam hari jum’at dan tidak makan pagi (sarapan) hari sabtu, sungguh penulis merasakan nikmatnya lapar. Seperti yang pernah diucapkan oleh Aher (Ahmad Heryawan) Gubernur Jawa Barat. Pernah beliau mengatakan dalam sebuah ceramah ramadhan,”Bahwa puncak lapar adalah nikmat,” ujarnya. Pada kurun waktu jumat malam sampai sabtu siang, penulis hanya makan sepotong pia pada malam hari dan sepotong snack pemberian rekan guru dan murid.

Mengapa lapar itu nikmat, karena sewaktu lapar kita jadi ingat sewaktu enaknya makan, rasa lapar juga akan menambah nikmat jika kita akan makan, setelah bertemu makanan. Dan sewaktu puasa, rasa lapar dan tidak nyaman, yaitu badan kita terasa panas, itu tanda racun- racun yang ada di tubuh kita sedang dibakar oleh enzim, sehingga tubuh kita jadi sehat. Rosulullah juga pernah merasakan kelaparan beberapa hari, sampai perutnya diganjal dengan batu dan akhirnya diketahui oleh para sahabatnya.

BACA JUGA :  Kebakaran Hebat Hanguskan 6 Rumah dan Tempat Kos di Medan

Terima kasih ya Allah SWT, telah Kau training dan Kau beri banyak hikmah hamba untuk merasakan nikmatnya lapar. Dengan kejadian ini banyak hikmah yang penulis dapatkan. Diantaranya berlatih kesabaran, berlatih tidak gampang mengeluh, berlatih tidak gampang hutang pada teman, berlatih tidak gampang curhat pada teman, berlatih puasa karena kejadian tersebut sebulan menjelang puasa ramadhan dan berlatih bersyukur. Karena masih banyak diantara kita yang sehari mungkin hanya makan sekali. Semoga dengan takdir Allah ini penulis dan para pembaca yang budiman lebih peduli pada kaum duafa yang sering merasakan kelaparan. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================