JAKARTA TODAY- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan bahwa formulasi batas tarif internet akan dikeluarkan dalam waktu 3-4 bulan ke depan. Ini berarti akhir tahun 2017, formulasi tersebut siap diterapkan. Formulasi ini akan keluar sebagai rancangan Peraturan Menteri (permen) No. 9 Tahun 2008. Aturan itu sebelumnya hanya menentukan formulasi tarif layanan SMS dan voice.

Rudiantara menambahkan bahwa sampai saat ini pihaknya dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tengah menggodok formulasi tarif bawah layanan tersebut. Wacana penambahan formulasi data itu sendiri sebenarnya telah dibahas sejak lama.

“Godok formula sudah isu lama ini sudah disiapkan perhitungannya, hanya ini mempercepat. [Target] kalau menurut saya lebih cepat lebih bagus. Artinya begini, BRTI itu sudah bicara, saya sendiri sudah bicara dengan BRTI. Dari awal tahun siapkan tarif ini, dengan adanya surat Indosat, adanya ketemu hari ini harusnya lebih cepat. Tahun inilah,” kata pria yang kerap disapa RA ini kepada awak media di Indonesia Technology Forum yang digelar di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Rabu (26/7).

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Kamis 25 April

Sementara itu, Ketut Prihadi selaku Komisioner BRTI yang ditemui di acara yang sama mengatakan bahwa masalah ini masih menjadi perbincangan internal BRTI. Sebulan ke depan, draft perbincangan tersebut akan disodorkan kepada operator untuk didiskusikan sebelum akhirnya konsultasi public dan pengesahan.

“Kemungkinan butuh 3-4 bulan. Saat ini masih menjadi perbicangan internal. Tapi sebulan lagi akan mengundang para operator untuk mendiskusikan, kemudian nanti di sana nanti akan ada tambahan, kemudian kami konsultasikan ke publik. Baru dikeluarkan,” terang Ketut.

Di sisi lain, Indosat Ooredoo sebagai pihak yang melayangkan permintaan tarif batas bawah data ini merasa keputusan Menkominfo dan BRTI bukan masalah. Alexander Rusli selaku CEO Indosat Ooreedoo mengatakan bahwa tujuan utama dari permintaannya pekan lalu adalah diskusi mengenai masalah ini.

“Sebenarnya pada saat kami menyampaikan, itu kan usulan awal. Yang paling penting bagi kami adalah dialog ini terjadi. Dengan ini dibicarakan, masalah terangkat, semua kelihatan. Ya udah sekarang mekanisme untuk seperti apa. Kelihatannya tadi Pak menteri dan BRTI maunya formulasinya aja ya udah nggak apa-apa. Kita oke juga,” jawab Alex usai acara.

BACA JUGA :  Ketua DPRD Kota Bogor Ucapkan Terimakasih Kepada Bima dan Dedie di Acara Pisah Sambut

Sebelumnya, Merza Fachys selaku Ketua Umum Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mengatakan bahwa memang ada yang janggal dengan harga layanan seluler di Indonesia. Sebab, operator Indonesia yang jumlah investasinya tidak jauh berbeda dari operator luar mampu mengeluarkan harga yang jauh lebih murah dibanding negara-negara lain.

“[Indonesia] harganya jauh lebih murah, padahal masalah investasi kita belinya juga sama ke vendor-vendor dunia yang itu-itu saja. Tapi harga jual ke masyarakat lebih murah. Jadi memang ada yang janggal,” ujar Merza.

Di sisi lain, Indosat Ooredoo juga mengemukakan bahwa industri telekomunikasi seluler di Indonesia sudah tidak sehat karena persaingan harga. Oleh karena itu, Alex menyurati Menkominfo pekan silam. (Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================