Kemudian 20 persen karena solidaritas komunal seperti yang terjadi di Palestina dan Rohingya. 10,2 persen mob mentality alias ikut-ikutan, 10 persen balas dendam, dan 9 persen situasional. Selain itu, dari penelitian Wahid Institute, dari lebih dari 250 juta penduduk Indonesia, 72 persen anti radikal, 7,2 mendukung aksi radikalisme, 0,4 persen sudah pernah melakukan kekerasan. “Kita bisa berharap dari komposisi itu, 72 persen tetap posisinya atau meningkat.

BACA JUGA :  Resep Membuat Sambal Teri Cabe Hijau, Sederhana Tapi Bikin Ketagihan

Salah satu yang diharapkan ya dari kerjaan adik-adik ini. Diharapkan orang yang mau melakukan upaya radikal langsung berhenti bila melihat website atau video adik-adik duta damai,” terang Hamli.

Hamli menegaskan bahwa menjadi tugas bersama untuk tetap mempertahankan 72 persen, bahkan kalau bisa meningkatkan lagi. Juga yang 7,7 persen harus diberikan pemahaman baik melalui dunia maya maupun dunia nyata. Sementara untuk yang radikal 0,4 persen biar menjadi tugas Densus 88 untuk menanganinya.

BACA JUGA :  Hadiri Peringatan Hari Otda ke XXVIII, Pj. Bupati Bogor Komitmen Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Dari fakta itu, Hamli berharap duta damai dunia maya bisa menjadi jawaban. “Duta damai dunia maya harus menjadi agen perubahan dalam mengikis dan menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya yang disusupi agitasi dan propaganda radikalisme terorisme. Insya Allah ini bisa jadi bagian ibadah dan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT,” terangnya. (Iman R Hakim /*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================