Jelang persaingan dalam Pilkada 2018, disinyalir Hendri menjadi salah satu acuan wacana bahwa Jokowi akan kembali merombak kabinet.
Hendri menilai posisi Jokowi akan lebih baik merombak kabinet. Mempertahankan Khofifah yang bertarung di Pilkada Jatim dalam kabinet, kata Hendri, bukan pilihan tepat. Hendri pun menilai lebih baik Jokowi melepas Khofifah dari kabinet.
“Jadi kalau kalah, Jokowi tidak akan kebawa karena dia mengundurkan diri setelah reshuffle,” tuturnya.
Nanti, bukan kali pertama Khofifah mencoba bertarung dalam Pilkada Jatim. Sebelumnya pemimpin organisasi perempuan yang juga sayap Nadhlatul Ulama itu pernah dua kali bertarung dalam Pilkada Jatim. Dalam dua kesempatan itu, 2008 dan 2013, Khofifah kalah.
Pernah berulang kalah, kata Hendri, bisa memengaruhi langkah Khofifah di Jatim pada thaun depan.
“Elektabilitas pasti terdampak dengan kegagalan sebelumnya. Apalagi citra penasaran dan nafsu kekuasaan akan menempel di Khofifah,” tuturnya.
Pada 2008, Khofifah berpasangan dengan Mudjiono. Pasangan yang diusung PKB ini kalah dengan pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf. Kekalahan harus kembali diterima Khofifah dalam Pilgub Jatim 2013 saat berhadapan dengan pasangan petahana.
Mendatang, dalam persaingan di Pilkada Jatim, Khofifah berpeluang bakal menghadapi lawan yang tak jauh beda. Saifullah yang akrab dengan sapaan Gus Ipul mencoba peruntungan menjadi gubernur setelah dua periode sebelumnya hanya menjadi wakil gubernur. (Yuska Apitya)