BOGOR TODAY –  Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya (PDPPJ) Kota Bogor mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) dalam penyusunan masterplan smart city 2017. Bimtek  tersebut  merupakan lanjutan dari pada Bimtek Ke I dan Ke II dan diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Pemerintah Kota Bogor.

Peserta Bimtek yang terdiri dari Dinas, Instansi serta komunitas dari kalangan umum berlangsung selama dua hari dilaksanakan di Department Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Kampus IPB Baranangsiang Bogor (Selasa  s/d Rabu, 26 September 2017 – 27 September 2017).

Teddy Sukardi yang menjadi pendamping dalam bimtek tersebut menjelaskan, adapun sasaran yang pertama dalam program pendampingan gerakan menuju 100 smart city 2017 yaitu tersedianya rencana induk pembangunan smart city sebagai acuan bagi pengembangan smart city.

“Kriteria rencana induk sendiri harus sesuai dengan karakter dan kebutuhan spesifik daerah berpeluang keberhasilan yang maksimal obyektif, tepat sasaran dan tepat guna, berkesinambungan dalam menjaga keseimbangan kebutuhan ekonomi  sosial dan lingkungan serta dapat secara nyata diimplementasikan sesuai dengan kemampuan daerah,” kata Teddy.

Sasaran yang kedua yaitu menemukan dan menetapkan quick win atau peluang jangka pendek. Kriterianya sendiri untuk quick win yaitu membawa dampak maksimal yang bermanfaat, memerlukan sumber daya yang minimal, dapat menjadi landasan pengembangan lebih lanjut, dapat menjadi model dan materi pembelajaran serta dapat memotivasi dan mempercepat munculnya inisiatif – inisiatif susulan.

BACA JUGA :  Hadiri Peringatan Hari Otda ke XXVIII, Pj. Bupati Bogor Komitmen Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik

“Pemahaman tentang smart city tersebut juga harus luwes yaitu wilayah yang dikembangkan dan dikelola melalui inovasi yang meliputi berbagai bidang dan keilmuan, sedangkan inovasi yang dimaksud dalam smart city tidak serta merta berbentuk pemanfaatan teknologi dan tidak serta merta berbentuk teknologi informasi meski demikian teknologi (termasuk teknologi informasi) dapat berperan didalam mendukung proses inovasi tersebut. Maka definisi smart city adalah kota (atau suatu wilayah) yang dalam pengembangan dan pengelolaannya menerapkan inovasi yang berkesinambungan yang memperhatikan keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan,” bebrnya.

Adapun 5 daya faktor sukses kunci smart city, yaitu Daya dukung (ketersediaan kapasitas infrastruktur dasar dan kompetensi untuk menopang kebutuhan dan pertumbuhan), Daya tarik (karakteristik kota yang menarik sehingga memotivasi minat untuk melakukan kegiatan yang membawa manfaat bagi kota), Daya cipta (inovasi yang berkelanjutan dalam pengembangan dan pengelolaan kota dari semua pemangku kepentingan), Daya ubah (kemampuan melakukan perubahan atau perbaikan yang dibutuhkan secara efektif dan tepat), Daya tahan (mengatasi resistensi terhadap perubahan, konflik, kepentingan, menjaga konsistensi kinerja yang sudah dicapai).

Ada enam aspek yang menjadi rangkuman penjelasan dalam masing masing nya, yaitu smart government, environment, branding, economy, living dan society. Diskusi Instansi serta komunitas pun dilanjutkan dalam pembagian aspek tersebut. PD PPJ yang diwakilkan oleh Hidayat dan Gina Tafzani beserta komunitas UKM serta Bank Pasar tergabung ke dalam  kelompok smart economy saat dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD).

BACA JUGA :  Resep Membuat Sayur Lodeh Kikil untuk Menu Lezat Penambah Napsu Makan

“Dari diskusi tersebut didapatkan hasil dan dipaparkan oleh koordinator aspek economy yaitu dengan diambilnya  pasar sebagai contoh dengan permasalahannya bahwa Kota Bogor mempunyai beberapa pasar yang menjual produk produk yang spesifik / unggulan serta mempunyai waktu operasional yang berbeda serta belum adanya informasi tentang pasar dan produk yang dijual di masing masing pasar,” imbuh Teddy.

Solusinya adalah membuat info produk pasar yang isinya menginformasikan produk, toko, waktu operasional dan alamat di pasar. Dalam pelaku industri juga terdapat beberapa permasalahan yaitu identifikasi dan standarisasi produk, pemasaran produk Bogor, wisatawan susah mencari oleh oleh, keragaman jenis industri banyak. Solusi untuk hal tersebut adalah harus adanya SIM/database produk industri, E-commerce produk Bogor, serta adanya one stop center penjualan produk Bogor.

Bimtek tersebut diakhiri dengan pemberian quote oleh pendamping bahwa kota cerdas bukanlah kota yang tidak punya masalah akan tetapi kota yang terus belajar untuk mengatasi masalah dengan cara -cara yang cerdas. (Asep TB)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================