JAKARTA TODAY- Agen Pemegang Merek (APM) Jaguar dan Land Rover Indonesia, Wahana Auto Ekamarga (WAE) mengakui jika pajak selangit yang dibebankan untuk sedan menjadi salah satu kendala.

Manajer Perencanaan Produk, Pengelolaan Produk dan Pengembangan Jaringan WAE Tommy Handoko, menganggap ketimbang sedan mewah, kendaraan di segmen sport utility vehicle (SUV) dianggap tepat untuk konsumen di Indonesia.

“Sulit sih ya (jualan sedan) karena kan dari sisi pajak juga lebih besar daripada SUV,” kata Tommy di dilernya, kawasan Jakarta Selatan, Kamis (12/10).

Pertimbangan tersebut juga diambil setelah mendengarkan masukan dari konsumennya. Pemilik Jaguar menginginkan kendaraan dengan dimensi lebih besar, dengan harga yang sama dengan sedan.

Pertimbangan lainnya lantaran Jaguar mencatat peminat sedan saat ini sudah jauh menurun. Di sisi lain, kualitas kendaraan SUV terus meingkat.

“Kostumer sekarang mungkin lebih mikir ya, harga sama dan gua dapat mobil lebih gede, kenapa engga? Jadi kostumer sekarang mencari itu,” imbuhnya.

Diterapkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2014 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor dikenai PPnBM. Penjualan mobil 4×4 termasuk berdampak aturan tersebut.

Tidak hanya mobil dengan penggerak 4×4, PP itu juga mengatur mengenai pajak sedan dengan kisaran mencapai 40 persen. Padahal, kendaraan di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) untuk kelas menengah ke atas tetap ditetapkan pajak standar sebesar 10 persen.

“Contohnya aja Vios, itu dikenakan 30 persen. Tapi Alpard yang harganya lebih mahal dari Vios hanya kena pajak 10 persen,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, beberapa waktu lalu.

Sepanjang tahu 2017, Jaguar mencatat penjualan kendaraannya di dalam negeri terus melambat dan turun setiap tahunnya.

“Mungkin kalau boleh saya bilang, penjualan turun sekitar 15-20 persen dalam setahun terakhir. Sementara kalau tahun sebelumnya saya tidak ingat,” ungkapnya.

Baginya, tahun 2013-2014 Jaguar mencatat performa penjualan tertinggi. Namun, lambat laun akibat tingginya pajak berimbas pada menurunnya angka penjualan.

“Karena trennya sangat tinggi di tahun 2013-2014. Tapi makin kesini, karena pajak naik berimbas pada sulitnya industri tumbuh sehingga menjadi melambat,” ucapnya.

Melalui kemunculan F-Pace, Jaguar mengaku optimis bisa meningkatkan angka penjualan. Targetnya, Jaguar bisa memasarkan satu hingga dua unit F-Pace per bulan.

“Jadi F-Pace ini SUV kami harpannya bisa naik. Cuma targetnya sih satu hingga dua unit sebulan lah. Secara rata-rata itu sudah oke banget,” ujarnya.

Namun begitu, Tommy mengaku optimis bisa menjual lima hingga enam unit F-Pace selama beberapa bulan terakhir di 2017. (Yuska Apitya/cnn)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================