“Sebetulnya kami punya tim itu tapi jumlah SDM kami terbatas. Misalnya, kami harus monitoring 24 jam. Kalau satu orang bekerja 24 jam terus menerus, ya enggak mungkin. Kami butuh tambahan dukungan tenaga,” ucap Arief.
Arief menambahkan, serangan peretas ini sebenarnya tidak akan mengganggu proses rekapitulasi suara. Sebab, proses rekapitulasi dilakukan secara manual. Hanya, KPU tidak bisa lagi menampilkan hasil rekapitulasi itu di website resminya.
KPU sebelumnya sempat menutup sementara laman infopemilu.kpu.go.id selama perhitungan suara hasil Pilkada Serentak 2018.
Menurut Arief, tak bisa diaksesnya situs KPU itu akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat. “Pemilu ini kan soal bagaimana membangun tingkat kepercayaan itu, kalau tidak percaya, kita kerja apapun ya susah juga meyakinkan orang,” kata dia.
Polri sebelumnya memastikan tim sibernya ikut memantau laman infopemilu.kpu.go.id menyusul adanya peretasan yang dilakukan para peretas terhadap sistem di KPU. “Kami dari Direktorat Siber juga ikut memantau siapa-siapa ini yang main. Kami sudah tahu lah,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto. (net)