Budi menambahkan, memasuki puncak kemarau, hal yang wajar jika suhu udara lebih dingin. Hal itu disebabkan panas matahari lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa sehingga menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.

“Kandungan air dalam tanah menipis dan uap air di udara sangat sedikit jumlahnya, yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara. Ini merupakan fenomena alamiah dan biasa terjadi setiap tahunnya,” paparnya.

Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Bandung Muhamad Iid Mujtahidin mengungkapkan, suhu dingin diprediksi masih akan menyelimuti Kota Bandung dalam dua hari ke depan.

BACA JUGA :  Modus Sembuhkan Kesurupan, Guru Silat di Sampang Cabuli Muridnya

Kondisi tersebut, jelasnya, disebabkan pengaruh musim dingin di Benua Australia, khususnya kondisi suhu dingin di bagian Barat yang diperkirakan suhu udara minimumnya mencapai 5-6 derajat celsius.

Selain itu, pola prakiraan angin di ketinggian 1 kilometer pada periode musim kemarau umumnya angin Pasat Tenggara dari Benua Australia, terutama massa udara yang membawa udara dingin dari Australia bagian Barat. “Sehingga prakiraan pola angin ini berkontribusi juga terhadap penjalaran dan penurunan suhu udara di wilayah Bandung,” ucapnya.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Bihun Goreng Sapi yang Lezat Gurih dan Praktis

Puncak musim kemarau sendiri, pihaknya memprediksi akan terjadi pada periode Agustus sampai September dengan karakteristik suhu udara dingin dan kering. Untuk itu ia mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati dan menggunakan jaket saat keluar rumah.

“Supaya tetap fit, salah satunya dengan menggunakan jaket saat bepergian keluar rumah, mengonsumsi buah-buahan dan sayuran,” pungkasnya. (Net)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================