Untuk kategori Fishgator diikuti lebih dari 30 tim. Selain Univeristas Amikom, tim lain dari Indonesia, ada dari Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, dan Universitas Brawijaya.
“Prestasi ini tentu membanggakan, apalagi bisa mengungguli peserta dari berbagai negara lain,â€Â ujarnya.
Yudhis Thiro Kabul Yunior merinci, Fishgator merupakan platform berbasis Internet of Thing (IOT) pada budidaya ikan berbasis Ai dan Sistem Manajemen Data.
“Fishgator memiliki beberapa Fitur utama, yaitu Automatic Feeder yang merupakan sistem pemberi makan otomatis pada ikan berbasis manajemen pakan untuk mengefisiensi jumlah pakan yang keluar,†paparnya.
Fitur berikutnya adalah sistem monitoring kualitas air berbasis IOT yg dapat dipantau menggunakan smartphone. “Selain Fitur di atas, Fishgator juga dilengkapi teknologi sistem sirkulasi circlebubble yang merupakan sistem sirkulasi oksigen yang berfungsi menstabilkan kadar oksigen dalam air,†jelas Yudhis.
Menurut Yudhis prinsip kerja Fishgator adalah dengan memantau kualitas air dan pengelolaan pakan pada kolam inkubasi yang dilengkapi dengan sistem perawatan otomatis, yang terkoneksi dengan telepon pintar (smartphone).
Fishgator memiliki sensor Ph, Salinity, Turbidity dan Temperature yang dilengkapi dengan sistem pengolahan citra berbasis sensor apetite fish yang terintegrasi dengan automatic feeder.
Fishgator sudah diterapkan di Situbondo dan Wonosobo. Ke depan diharapkan dapat digunakan seluruh petani ikan di Indoensaia.
Yudhis berharap, Fishgator dapat mengubah wajah masyarakat perikanan Indonesia ke arah yang lebih baik. Harga satu unit fishgator sekitar Rp20 juta. Karena itu perlu produksi secara massal. (Net)