BOGOR TODAY – Patut diacungi jempol. Belasan mahasiswa KKN FKIP UNIDA Bogor membuat inovasi makanan berbasis kearifan lokal. Ya, mereka (Mahasiswa, red) menyulap singkong menjadi makanan camilan yang tak kalah nikmatnya dengan makanan ringan buatan negara luar.

Di Kampung Cidokom, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor tempat mahasiswa UNIDA Bogor melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) melakukan inovasi makanan tradisonal berbahan dasar singkong  yang dikenal dengan nama Putu Mayang.

“Putu mayang sendiri  adalah  julukan yang diberikan oleh warga Kampung Cidokom. Makanan tradisional ini sering disajikan sebagai cemilan saat bersantai atau sering ditemukan diacara-acara besar seperti pernikahan, maulid nabi dan hari besar lainnya,” ujar Lilis Melasanti diamini Sri Wulandari yang merupakan penanggung jawab divisi Inovasi dan Kewirausaan.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Sup Ayam Kembang Tahu yang Simple dan Menggugah Selera

Melihat potensi yang dapat dikembangkan  dari makanan tradisional tersebut, kedua dara itupun merubah Putu Mayang yang biasa disajikan tanpa ada rasa tambahan, menjadi Putu Mayang dengan banyak aneka rasa. “Putu Mayang yang sudah kami olah rasanya beraneka ragam seperti, keju, balado, original dan jagung bakar,” kata mereka.

Dua mahasiwi cantik itupun turun langsung ke kebun untuk mengambil singkong, lalu kemudian pembuatan Putu Mayang mulai dari menyerut, proses penjemuran singkong yang sudah di parud untuk kemudian di giling.

“Kami mendapatkan beberapa kendala dalam pembuatan Putu Mayang yaitu, proses penyerutan, karena alat yang digunakan masih tradisional berupa parudan kayu yang harus ekstra mengeluarkan tenaga, belum lagi tekstur dari singkong pun licin. Tapi inilah tantangannya demi membuat kue tradisional yang banyak peminatnya,” tuturnya.

BACA JUGA :  Kecelakaan Pemotor di Kudus Tertabrak Truk saat Hendak Menyalip

Adapun untuk proses  dari penjemuran hingga penggilangan pun membutuhkan waktu sekitar satu hari apabila cuaca panas.  Akan tetapi,  penjemuran akan lama jika musim hujan.

Untuk varian rasa sendiri wulan dan lilis memilih rasa pedas, original, pedas manis dan  jagung. Inovasi ini bertujuan untuk mengangkat kembali makanan tradisonal dengan berbagai varian rasa yang baru.

“ Harapannya semoga masyarakat bisa lebih bangga dengan makanan tradisional dan masyarakatnya lebih kreatif dalam mengelola makanan dari bahan dasar singkong,” tutup Lilis. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================