Dari data diatas menunjukan betapa cepatnya teknologi informasi ini merasuk dan masuk ketengah-tengah masyarakat termasuk generasi muda Indonesia, atau generasi mileneal dan santri pun masuk didalamnya, lalu bagaimana seyogyanya seorang santri melihat sisi ruang ini, tertuang dalam QS Al Hujurat (6) “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Dan dipertegas oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. [H.R. Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563]

Dengan dua ayat dan hadist tersebut, maka jelas pegangan kaum santri dimana dalam setiap menerima informasi yang belum tentu kebenarannya di berbagai media untuk tidak grasa-grusu, langsung share ke berbagai media yang ada. Karena Imam Ali pernah berpesan, “Andai orang yang tidak tahu itu diam maka akan lunturlah perpecahan”

BACA JUGA :  Menu Simple dengan Tumis Pakcoy Wijen yang Sedap Bikin Ketagihan

Membumikan Intelektualitas Santri

Kondisi masyarakat yang cukup beragam dan mengalami perkembangan yang sangat pesat dari berbagai dimensi tentu dibutuhkan anggota masyarakat yang memiliki pola pikir yang baik, cerdas, ulet, jernih, suka bermusyawarah, suka tabayun, dan Santri sebagai agent of moral force (kekuatan moral). Dengan cap baik yang sudah tersemat itu, maka layaklah Santri menjadi kebangaan Indonesia kini, dimana sebagai agen masyarakat yang bisa menjaga kedamaian NKRI dari berbagai tantangan dan paham-paham raddikalisme yang akan merusak keutuhan bangsa.

Namun, kaum santri hingga saat ini masih dikesankan sebagai sosok yang lugu, dan kurang bergaul sehingga mudah diajak untuk melakukan tindakan yang negative, sehingga tak jarang banyak yang terjebak dalam pemahaman yang dangkal. Padahal, sejak awal bagi para santri yang merasakan pernah mondok, hampir setiap waktu di lingkungan pesantren diajarkan berbagai kedislpinan, taat aturan, dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Maka, dengan peringatan hari santri nasional ini, jadi momentum yang pas untuk kembali mengangkat wajah santri Indonesia yang sesungguhnya, dimana santri Indonesia memiliki segudang nilai-nilai kebaikan yang telah diterpa dan diterima selama mondok. Dan selama santri memegang nilai-nilai islam yang rahmatan lil alamin, tentu keberagaman Indonesia akan tetap terjaga hanya dengan cara terus membumikan intelektualitas dan untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang belum tentu kebenarannya (hoax), caranya yaitu dengan berhati-hati dengan judulatau informasi  provokatif, Cermati alamat situs, Periksa fakta, Cek keaslian foto dan Ikut serta grup diskusi anti-hoax.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Jumat 26 April 2024

Akhirnya, hari santri hanyalah moment bagaimana kembali mengenang perjuangan dunia pendidikan khususnya pesantren dalam mengisi kemajuan pendidikan Indonesia. Dengan kondisi bangsa yang saat ini, maka sejatinya, santri akan tetap berdiri sebagai agent of moral force, karena apapun yang dilakukan setiap manusia tentu akan dilihat oleh Allah SWT. Sebagaimana  Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 36 : ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawabannya”. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================