Pada pertemuan ke-13 negara-negara G-20 yang diikuti oleh negara-negara dengan perkonomian terbesar di dunia itu, isu lain yang mencuat adalah terkait migrasi, dan perubahan iklim. Kedua itu itu ditambah perang dagang, diperkirakan mendapat porsi besar di tengah berbagai tantangan perekonomian dunia.

Perang dagang memang menjadi perhatian para pemimpin dunia karena dampaknya yang diperkirakan meluas, tidak saja terasa oleh Amerika Serikat (AS) dan China yang nota bene menjadi pencetusnya. Negara lain yang memiliki hubungan dagang diprediksi turut terimbas kebijakan kedua raksasa ekonomi itu.

“Tahun ini bukanlah waktu yang bagus untuk multilateralisme. Negosiasi diyakini akan berlangsung sangat alot di sejumlah isu,” ujar seorang sumber pemerintah Jerman seperti dilansir Reuters kemarin.

Pertemuan G-20 kali ini dinilai sebagai KTT paling penting sejak 2008. Pasar komoditas dan keuangan diperkirakan bakal merespons hasil dari KTT G-20 ini, khususnya pascapertemuan bilateral antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping hari ini waktu setempat. Kondisi ekonomi global akan memburuk jika Trump terus menekan rencana peningkatan tarif sebesar 25%.

BACA JUGA :  Minuman Hangat Cegah Pilek dengan Teh Jahe Mint yang Mudah Dibuat

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang hadir pada pertemuan G-20 mengatakan, Indonesia berharap KTT tersebut dapat menghadirkan solusi terbaik untuk membuat perdagangan dunia yang lebih baik di tengah melesunya perekonomian dunia akibat perang dagang AS dan China.

“Yang perlu dipahami bersama adalah kunci dari permasalahan ekonomi saat ini adalah bagaimana mencari jalan keluar dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi yakni AS dan China. Diakui, perang dagang keduanya menyebabkan ekonomi dunia melambat termasuk di Indonesia,” kata JK di Buenos Aires

Dia menambahkan, akibat perang dagang saat ini harga-harga komoditas dunia menurun karena permintaan barang-barang produksi juga menurun khususnya di China yang menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Angel Gurria mengatakan, dampak dari tarif perdagangan sebesar 10% yang sudah diberlakukan AS terhadap barang China akan mengurangi produk domestik bruto (PDB) dunia sebesar 0,2% pada 2020.

“Jika AS mendongkrak tarif hingga 25% dan negara lain melakukan retaliasi, dampaknya akan kian besar atau diperkirakan mencapai 1%,” ujar Gurria.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Sabtu 27 April 2024

Di sela-sela KTT G-20, tiga negara yakni AS, Kanada dan Meksiko menyepakati kerja sama perdagangan yang disebut United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA) senilai USD1 triliun. Kerja sama terbaru ini untuk menggantikan kemitraan perdagangan sebelumnya yang bernama North American Free Trade Agreement (NAFTA).

Bagi Presiden AS Donald Trump, kesepakatan terbaru dengan Kanada dan Meksiko ini merupakan pemenuhan janji Saat kampanye 2016 lalu. Saat itu, Trump menyatakan akan melakukan negosiasi ulang terkait NAFTA.

“Nafta yang mengerikan akan segera hilang. USMCA akan fantastis untuk semua pihak,” ujar Trump dalam akun twitternya.

Kesepakatan USMCA dicapai setelah ketiga negara melakukan lobi-lobi lebih dari setahun. Pada kerja sama tersebut, disepakati sejumlah aturan main sektor perdagangan di industri mobil dan susu.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, pakta perdagangan regional baru yang disepakati bersama AS dan Meksiko akan menyelesaikan ancaman ketidakpastian ekonomi yang serius. Namun, di sisi lain, bukan tidak mungkin kemitraan baru itu justru akan lebih merusak. (net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================