Oleh : Bahagia

(Dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor)

Kejadian kehidupan ini selalu berpasang-pasangan. Pada saat kebahagiaan datang maka suatu saat kesedihan kerap menyertai setelahnya. Jika kini mengalami kegagalan maka suatu saat nanti kesuksesan menutupi kegagalan. Begitu juga dengan kehidupan, saat banyak angan-angan tetapi tak pula bisa mencapai cita-cita karena kematian telah datang.

Secara bersamaan tantangan kehidupan ikut menyertai saat hidup ini sukses dan gagal. Meskipun demikian apa yang sudah dirasakan maka menjadi pengalaman kehidupan sehingga bisa melakukan mitigasi atas kejadian tersebut. Sewaktu-waktu kejadian bencana menghampiri kehidupan maka menjadi ujian kehidupan sebab manusia itu harus sekolah selama didunia.

Seseorang menjadi lebih tegar, belajar ikhlas, sabar, dan mendapatkan pengalaman agar hidup lebih baik lagi. Bencana yang terjadi di Indonesia sebagai bukti sebuah ujian bagi pemerintah dan masyarakat terutama yang terdampak bencana. Memang kehilangan itu menyakitkan namun terdapat hikmah besar disebalik kejadian tersebut.

Bahkan, setiap cobaan itu selalu disesuaikan dengan kemampuan manusia. Bencana itu tidak harus merugikan namun kerap dipandang menimbulkan dampak negatif. Sisi positif bencana sangat banyak. Saat hutan luas terbakar maka tak dipungkiri nanti akan menjadi hutan yang lebih baik. Banyak rerumputan baru dan pohon-pohon muda tumbuh menggantikan pohon tua.

Sekaligus mengurangi banyak seresahan dedauan sebagai material yang mudah terbakar. Demikian hal dengan banjir, sungai didesa-desa meluap berarti ikut menyuburkan lahan pertanian. Saat ini, lapisan tanah atas sudah terkikis karena erosi permukaan tanah dan terbawa hanyut ke sungai.

Endapan unsur hara yang berada disungai akhirnya meluap kedaratan saaat banjir. Tanah-tanah yang tadinya gersang akhirnya subur kembali. Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya sungai kalau tak banjir sebab endapan lumpur telah membuat sungai menjadi dangkal. Setidaknya mengurangi endapan sedimentasi dari dalam sungai. Begitu juga dengan letusan gunung api dapat memperbaiki berbagai ekosistem, sosial dan ekonomi.

BACA JUGA :  BERGERAK BERSAMA, MELANJUTKAN MERDEKA BELAJAR

Secara ekosistem, setiap letusan apu vulkanik dari gunung api dapat mempertebal lapisan tanah. Sementara tanah saat ini banyak terbuang lapisan atas karena sering banjir. Sekaligus menambah kesuburan karena abu vulkanik mengandaung banyak mineral bagi kehidupan. Akhirnya setiap ada gunung api maka kehidupan sangat makmur disekitarnya.

Lahan pertanian petani subur dan memproduksi buah-buahan cukup baik. Disamping itu, letusan gunung api menguntungkan karena warga secara gratis dapat menggaruk dan mengambil pasir untuk dijual ke pasar bebas. Sebagian lagi memanfaatkan pasir-pasir dari letusan gunung api untuk membangun rumah dan memproduksi batako.

Bahkan, masyarakat menggunakan batu-batu muntahan gunung api sebagai perhiasan, bahan bangunan rumah, dan mengukirnya menjadi berbagai perhiasan. Begitu juga dengan perubahan iklim, awalnya menjadi bencana berikutnya tidak lagi. Manusia yang berada di eropa meskipun mereka bersalju dan daerahnya sedikit sinar matahari tetapi mampu beradaptasi.

Jika tak dapat lingkungan ekstrim maka tak terpikirkan membuat teknologi. Kini, wilayah Eropa seperti Belanda tergolong pertanian terbaik di dunia. Sama halnya dengan Inggris (UK) mereka menggunakan rumah kaca untuk memproduksi sayur dan buah-buahan. Setelah ini, semoga bangsa kita menuju kepada pertanian moderen sehingga dapat beradaptasi dengan perubnahan iklim.

Sisi positif yang lain. Setiap orang yang terdampak maka dia ingat dengan bencana tersebut. Kalau dulu masih jauh dari agama maka dia akan dekat dengan Allah. Sementara orang yang menyaksikan bencana itu sebagai proses penyadaran agar mengoreksi diri, memperbaiki keimanan dan menjauhkan diri dari maksiat.

Sekaligus sadar bahwa manusia itu sangat lemah didepan Allah. Saat diterjang oleh kekuatan alam maka manusia tak mampu melawan meskipun cerdas untuk melakukan mitigasi. Manusia hanya bisa memprediksi bencana dengan alam tetapi tak mampu menghentikannya.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Manusia dengan bekal ilmu pengetahuan dan akalnya dapat menciptakan alat pendeteksi Tsunami sehingga bisa melakukan antisipasi. Meskipun demikian secanggih apapun teknologi tetap tak bisa melawan bencana. Hanya saja saat alat itu ditempatkan pada daerah rawan bencana maka manusia dapat literasi bencana.

Mereka dapat informasi bencana sebelum kejadian bencana. Selanjutnya, bencana itu diberikan untuk mengukur kemampuan manusia untuk menghadapinya. Pada prinsipnya bencana disesuaikan dengan kemampuan seseorang menghadapinya. Meskipun pada awal terdampak bencana merasa tak mampu melewatinya sebab kehilangan orang yang dicintai.

Ditambah lagi dengan kehilangan harta benda dimana butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkannya. Kemudian, bencana itu termasuk ujian bagi orang kaya, apakah ia mau mengeluarkan sebagain dari harta itu untuk menolong saudaranya yang terdampak bencana. Alasan lainnya karena Allah ingin mengangkat derajat dan status keimanan seseorang.

Sekaligus menguji keimanan orang lain. Saat individu yang terdampak sabar maka dia telah berhasil melawan kekalahan emosinya. Akhirnya dianggap oleh Allah menjadi manusia terbaik. Terakhir, meningkatan kewaspadaan dan status. Sebagai manusia yang cerdas, mulai hari ini harus berhati-hati pada wilayah-wilayah rawan bencana.

Sekaligus harus tanggap untuk mendapatkan informasi bencana. Wilayah seperti pantai dan perbukitan perlu diantisipasi agar tak dikunjungi. Setelah itu manusia yang terdampak naik status. Seseorang apabila pernah merasakan bencana maka kepedulian sosialnya meningkat.

Caranya untuk menghadapi bencana menjadi lebih baik sebab sudah pernah belajar untuk ikhlas meskipun tak mudah. Kewaspadaan itu juga bagi pemerintah. Bertahun-tahun negeri ini selalu mengalami bencana Tsunami, gempa, dan bencana banjir tetapi selalu berulang pula tahun berikutnya.

Untuk itu, Bencana dalam kehidupan baik bencana ekologi seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya dianggap sangat merugikan. Padahal keuntungan bencana alam juga tak kalah dibandingkan dengan kerugian. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================