JAKARTA TODAY — Layanan media sosial populer,di sebagian negara di Eropa dan Amerika Serikat.Bos Instagram Adam Mosseri berharap para pengguna tidak lagi tertekan untuk mengoleksi jumlah likes menggunakan gambar, video, atau komentar dan lebih berfokus pada hal-hal yang diunggah.
Senada dengan Mosseri, pengamat media sosial dari Bentang Informatika Kun Arief Cahyantoro mengatakan selama ini indikator konten berkualitas yang diunggah ke Instagram ialah seberapa banyak jumlah likes yang didapat.

“Setiap kali pengguna mem-posting konten, pengguna akan dihakimi oleh likes sebagai bentuk kualitas postingan pengguna,” kata Kun saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (12/11).

Oleh sebab itu, Kun menilai dengan dihapusnya fitur itu dapat mengalihkan fokus pengguna untuk lebih banyak mengunggah konten dibanding berlomba-lomba mengumpulkan likes.

Dia pun menyebut penghapusan fitur likes akan memengaruhi bisnis selebgram atau influencer yang memasarkan produk mereka lewat Instagram. Sebab, fitur ini merupakan salah satu komponen utama untuk membangun produk mereka.

BACA JUGA :  Kecelakaan Truk Tronton Tabrak Toko-Rumah Warga Jepang Kudus, Diduga Rem Blong

“Pengaruh bagi bisnis influencer sangat signifikan. Selama ini mereka bergantung pada emoji, thumbs up, dan likes. Likes ini merupakan komponen utama bagi bisnis mereka karena ingin membangun fans terhadap produk atau orang yang mereka usung,” jelas Kun.

Lebih lanjut, bisnis yang dibangun para selebgram dianggap curang karena jumlah likes lebih banyak dibanding komentar berkualitas yang dicantumkan di kolom komentar produk mereka.

Apalagi kalau jumlah likes yang dipamerkan ini ternyata didapat dengan cara curang. Misal, membeli likes dari mereka yang menawarkan jasa jual-beli jumlah likes di Instagram, menggunakan aplikasi khusus.

“Tipu muslihat tampak pada banyaknya penawaran jasa untuk menaikkan jumlah likes, baik secara terang-terangan maupun menggunakan aplikasi khusus,” tutur Kun.

BACA JUGA :  Warga Desa Cemplang Bogor Diteror Maling, Satu Bulan 5 Kali Aksi Pencurian

Jual-beli likes dan followers memang hal yang jamak dilakukan pada media sosial ini. Beberapa penyedia jasa bahkan terang-terangan menjual angka-angka likes ini. Besaran harga yang ditawarkan beragam, tergantung jumlah likes yang diinginkan pembeli.

Namun, lingkaran setan saling pamer jumlah likes ini menurut Kun memang mesti diputus. Dengan dihilangkannya jumlah likes menurutnya akan mendorong pembuat konten agar lebih kreatif menciptakan konten berkualitas.

“Solusi bagi pebisnis influencer adalah menciptakan konten kreatif untuk membangun komunitas bagi produk atau orang yang mereka usung. Sehingga jika ingin tetap bertahan, mereka harus berubah pola bisnisnya dari using feature menjadi konten kreatif untuk membangun brand community,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================