BOGOR TODAY – Lima tahun, Aos (71) harus rela membuang rasa malu demi mengais rezeki untuk menghidupi empat anaknya. Kakek tua asli Kampung Bendungan, Ciawi, Kabupaten Bogor itu, harus mengemis di sudut – sudut Kota Bogor.

“Saya sudah lima tahun mengemis. Tempat mengemis saya mulai dari pasar, lampu merah dan tempat-tempat keramayan,” ujar Aos

Tentu saja bukan keinginannya untuk menjadi seorang pengemis. Usia dia tentu saja sudah tidak produktif untuk mencari pekerjaan, selain tua kondisi kesehatannya pun sudah tidak memungkinkan untuk bekerja. Dia pilih mengemis demi menyambung hidup dan untuk membiayai sekolah keempat anaknya.

“Dulu saya pernah bekerja di Cibodas sebagai penyiram dan pemberi pupuk tanaman. Namun sakarang saya sudah tidak sanggup bekerja karena faktor usia. Hasil dari mengemis saya pergunakan untuk membiayai hidup anak – anak saya. Sebetulnya anak saya ada lima yang satu sudah menikah. Tinggal empat orang lagi yang membutuhkan biaya sekolah. Untuk itu saya mengemis,” tuturnya.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor Hari Ini, Selasa 7 Mei 2024

Biasanya, dia bercerita, berangkat dari rumah (ciawi, red) numpang mobil yang akan ke pasar sekitar pukul 6.00 WIB. Penghasilan yang didapat Aos pun cukup lumayan. Kakek beruban itupun bisa mengantongi Rp 50.000 hingga Rp 100.000 setiap harinya.

“Tapi sering juga sehari pendapatan saya tidak sampai Rp 50.000, ya namanya pengemis penghasilnnya tidak menentu. Tidak semua orang ngasih saya uang ada juga orang kasih saya roti atau makanan yang lainnya. Bisanya kalau saya dapat makanan saya simpan untuk anak – anak saya,” ungkap kakek itu.

SEMPAT DILARANG ANAK

Anak manapun tidak rela melihat orangtuanya mengemis demi untuk menghidupi keluarga. Pun demikian dengan anak Aos pernah melarang dirinya untuk mengemis. Namun apa hendak dikata, takdir yang memaksa dirinya utnuk turun kejalan meminta belaskasihan orang.

BACA JUGA :  Kronologi Kecelakaan Maut Truk Tangki Elpiji Tabrak Motor di Bojonegoro

“Mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. Hati kecil sayapun sedih ketika saya mengais rejeki dengan seperti ini. Saya tahu anak- anak saya pasti malu melihat bapaknya mengemis, karena yang anak saya tahu saya mendapatkan uang dari hasil berjualan,” cerita Aos dengan raut wajah yang sedih.

Dia pun pernah mengalami hal yang tidak mengenakan. Ya, karena  resiko menjadi pengemis yakni selalu menjadi perburuan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Aos mengaku pernah digaruk Satpol PP saat sedang beroperasi (mengemis, red).

“Saya ditangkap tapi tidak ditahan hanya diberikan penyuluhan atau pengarahan oleh Satpol PP setelah itu kembali dilepaskan lagi,” pungkasnya. (Amanda/Selvi/Dena/PKL)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================