JAKARTA TODAY – Makanan cepat saji atau fast food umumnya tak baik bagi kesehatan tubuh. Namun, baru-baru ini sedang tren makanan cepat saji yang diolah seperti makanan sehat. Contohnya, burger yang dagingnya diganti dengan daging nabati.

Meski terlihat sehat untuk dikonsumsi, nampaknya hal ini tak meningkatkan nilai gizi yang ada pada makanan cepat saji. Sebuah penelitian mengungkap penggantian bahan dasar makanan tak bisa menjadi alternatif sehat untuk tetap mengonsumsi makanan cepat saji.

Para ahli memperingatkan label ‘sehat’ yang diberikan untuk makanan fast food malah bisa jadi berbahaya. Dikhawatirkan nantinya publik keliru soal informasi jenis makanan yang dikonsumsi.

BACA JUGA :  Kota Bogor Raih 2 Penghargaan Lomba Video Penanggulangan TBC dari Kemenkes

Lalu, seberapa amankah alternatif ‘daging’ nabati?

Seperti yang dikutip dari detik.com, beberapa ahli menunjukkan bahwa ‘daging’ nabati yang dikonsumsi dalam jumlah sedang dapat membantu diet seseorang.

Namun, faktanya ketika tidak ditempatkan dalam makanan cepat saji, malah sangat dianjurkan. Daging nabati juga disebut bisa dikonsumsi oleh sebagian orang yang sedang membatasi daging merah dan daging olahan.

BACA JUGA :  Bocah 4 Tahun di Lampung Dicabuli saat Kejar Kucing Masuk Rumah Tetangga

“Untuk pasien saya, saya mulai dengan menanyakan berapa banyak daging olahan yang mereka makan secara teratur. Jika konsumsinya tinggi (dua hingga tiga kali seminggu), maka mengganti dengan nabati beberapa kali seminggu dapat membantu,” kata Kristin Kirkpatrick, MS, RDN, penulis Skinny Liver, dikutip dari Health.

Jika ingin lebih aman lagi, para ahli menganjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan utuh, seperti kacang-kacangan, dan biji-bijian, agar benar-benar mendapatkan sebagian besar protein nabati. (Amanda/PKL/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================