Bima Arya Gelar Sarasehan Bersama Akademisi Hingga Budayawan

Kemudian, lanjut Bima, di sebelahnya ada Sekolah Dasar Negeri (SDN) Batutulis yang nantinya mulai dikoordinasikan untuk bergeser ke kawasan lain yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya. “Cukup luas lokasi SD Batutulis ini. Dan memang sudah tidak memungkinkan keberadaan SD di situ karena trafik di situ cukup padat dan terlalu dekat ke jalan raya, khawatir anak-anak SD nyebrang rawan kecelakaan menurut kepala sekolahnya,” terang dia.

Bima Arya pun menampilkan desain sementara untuk didiskusikan dengan para budayawan dan publik. “Ini hanya ide awal dari konsultan seperti ini. Kita presentasikan ke publik, supaya ada gambaran untuk kemudian dapat diambil masukan-masukan. Ada tempat parkirnya, ada pusat informasi, kegiatan kesenian, ada ruang publiknya juga, diorama kerajaan dan lain sebagainya. Bisa jadi nanti dua lantai,” jelasnya.

Dosen Sejarah Sunda Universitas Padjadjaran Bandung Prof Nina Herlina Lubis menyatakan dukungannya terhadap rencana Wali Kota Bogor dalam menata kawasan Batutulis. “Saya sangat mendukung usaha pak wali kota untuk memulai dengan melestarikan peninggalan Kerajaan Sunda ketika berpusat di Pakuan Pajajaran. Ini adalah tahap awal dan tadi saya tahu bahwa pak wali kota ini visioner,” ujar Nina.

BACA JUGA :  Nobar Timnas Garuda Muda di Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto: Doakan Skuad Besutan Shin Tae-yong Lawan Irak dan Raih Tiket Olimpiade Paris 2024

Prof Nina pun memberikan masukan terkait penataan tersebut dengan menjadikan konsep living concert atau pertunjukan hidup lengkap dengan museum kerajaan. “Sebetulnya ibukota pajajaran dahulu yaitu 9×11 kilometer. Tapi penataan ini nantinya tidak usah dengan membongkar infrastruktur yang sudah ada sekarang. Kita hanya melestarikan peninggalan yang 10 buah tersebar itu dan itu dihidupkan dengan living concert atau pertunjukan hidup jadi orang bukan kembali ke masa lalu tapi bagaimana itu direfleksikan pada masa sekarang seperti ini,” terangnya.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Minggu 5 Mei 2024

Ia menambahkan, ke depannya diharapkan Pemkot Bogor bisa menciptakan konsep ekomuseum seperti di Roma, Italia. “Museum di Roma itu adalah perwujudan Roman Empire atau Imperium Romawi. Jadi satu kota itu punya tinggalan sejarah tapi tidak mengganggu masyarakatnya, malah sekota itu jadi museum. Tadi di dekat Batutulis itu kan peninggalannya ada. Saya sudah empat tahun meneliti ini dengan teman-teman untuk nantinya membuat seperti apa peta ibukota Pakuan Pajajaran dan saya melibatkan tidak hanya sejarawan, ada juga arkeolog, ahli geologi, ahli geodesi. Mudah-mudahan itu tepat,” pungkasnya.

Sarasehan tersebut kemudian ditutup dengan tradisi masyarakat Sunda, yakni ngaliwet. Di mana para tamu undangan makan bersama dengan posisi lesehan dan hidangan disajikan di atas lembaran daun pisang. (Adit/*)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================