TODAY – Sebelum melakukan penanganan terhadap penderita Virus Corona, ada baiknya mengenali gejalanya. Virus Corona menyebabkan demam, lemas, kesulitan bernapas, hingga membuat penderita infeksi berat berujung meninggal. Tindakan medis apa saja yang bisa dilakukan jika mengalami gejala penyakit ini?

Dunia tengah digemparkan kasus Virus Corona yang sudah menjangkiti lebih dari 200 orang di China dan mulai menyebar ke negara Asia lainnya. Menurut Dokter Spesialis Paru RS Awal BrosBekasi Timur dr Annisa Sutera Insani SpP, Corona merupakan virus yang ditransmisikan secara zoonotic, yaitu dari hewan ke manusia.

Pada kejadian luar biasa di Wuhan, China, sebagian besar pasien pneumonia memiliki kesamaan pernah bepergian ke pasar hewan laut. Infeksi ini mungkin dapat terjadi karena faktor higienitas dan kondisi pasien yang immunocompromised (memiliki masalah sistem imun).

“Virus Corona merupakan bagian dari virus yang menyebabkan spektrum penyakit dari melasma hingga penyakit yang lebih berbahaya seperti MERS-CoV dan Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS-CoV). Virus ini dapat menular melalui riwayat kontak dan udara,” tutur dr Annisa.

Tindakan medis pertama yang dapat dilakukan jika seseorang mengalami gejala terjangkit Virus Corona yaitu melakukan foto toraks. Jika hasil foto toraks sesuai gambaran pneumonia dan ada kriteria suspek (terduga), sebaiknya lakukan uji diagnostik melalui swab tenggorokan atau pemeriksaan dahak.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Selasa 14 Mei 2024

Menurut dr Annisa, sebaiknya pasien yang mengalami gejala Virus Corona dirujuk ke rumah sakit rujukan. Jika tidak bisa dirujuk, segera kunjungi rumah sakit lain dan sebaiknya pasien harus dirawat di ruang isolasi dan lakukan foto toraks berkala, terapi simptomatik (terapi yang dilakukan berdasarkan gejala yang dialami), terapi cairan, dan ventilator mekanik (bila terjadi gagal pernapasan).

“Jika gejala yang dialami disertai infeksi bakteri, pasien dapat diberikan antibiotik,” kata dr Annisa. Dia melanjutkan, nCoV atau Virus Corona jenis terbaru ini merupakan virus yang dapat menyebabkan pneumonia. “Nama penyakitnya pneumonia, sedangkan penyebabnya Virus Korona,” tambahnya.

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia, atau kerusakan fisik paru. Gejala pneumonia secara umum yaitu demam, batuk berdahak, sesak napas, atau napas terasa berat.

Secara umum, pneumonia dapat menimbulkan infeksi berat (sepsis), kondisi shock, gagalnapas, hingga meninggal. Terdapat beberapa vaksin pneumonia untuk mencegah pneumonia. Namun, vaksin tersebut tidak bisa mencegah pneumonia yang sedang outbreak saat ini (nCoV).

Beberapa vaksin yang dimaksud seperti vaksin Pneumokokus (PCV -Pneumococcal Conjugate Vaccine), PCV13 (merek dagang Prevnar), Pneumokokus PPSV23 (nama dagang Pneumovax 23), dan vaksin Hib.

BACA JUGA :  Roberto Callieri Jadi Komisaris Utama Hasil RUPST, Indocement Bakal Bagikan Dividen Rp308 Miliar

Sementara itu, drFeni Fitriani SpP (K) MPd.Ked, Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Konsultan Paru Kerja dan Lingkungan RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, menyampaikan, penyakit ini dapat menyerang orang disegala usia. Namun, anak kecil, ibu hamil, dan lansia harus lebih waspada. “Sebab, kekebalan tubuh mereka tidak sebaik kekebalan tubuh orang di usia produktif,” kata dr Feni.

Kementerian KesehatanRepublik Indonesia melalui Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) telah memberi imbauan sebagai langkah pencegahan penularan penyakit ini. Diantaranya, menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan kaya serat dan vitamin, istirahat cukup, menggunakan masker bila beraktivitas di luar ruangan, dan mencuci tangan saat bepergian, terutama ketika berkunjung atau kembali dari negara terjangkit.

Seperti yang dikutip dari sindonews.com, mengenai vaksin, dr Feni menjelaskan, belum ada vaksin khusus untuk mencegah virus penyebab wabah pneumonia saat ini. “Hal ini karena pneumonia pada kasus outbreak saat ini disebabkan Virus Corona jenis baru,” ucapnya. Walaupun belum ada obatnya, dengan menjaga daya tahan tubuh dan menjalani perilaku hidup bersih serta gaya hidup sehat, kita dapat mencegah penyebaran penyakit ini lebih luas. (Selvi/PKL/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================