Negara lain seperti Australia dan India juga sedang berupaya memulangkan warganya dari Wuhan. Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan Australia akan merepatriasi seluruh warganya, termasuk 100 anak muda Australia dari Wuhan. Dia telah berkomunikasi dengan Kemlu China, juga negara lainnya.

Bandara Internasional Wuhan merupakan satu-satunya bandara di kawasan tengah China yang memiliki penerbangan langsung menuju 109 destinasi di 20 negara. Beberapa di antaranya menuju Paris, London, Moskow, Roma, New York, San Fransisco, Bangkok, Tokyo, dan Seoul. Pengunjungnya mencapai 29 juta pada 2019.

Sementara itu, seperti dilansir Xinhua, penyebaran virus korona meluas. Sampai Minggu(26/1) malam, Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Chiname nyatakan jumlah pasien pengidap pneumonia mencapai 2.744 orang, 769 di antaranya terjangkit dalam 24 jam. Sebanyak 80 orang tewas dan 461 orang dalam kondisi kritis.

Sedikitnya 57 pasien juga terjangkit di luar China, mulai dari Thailand (8), Hong Kong(8), AS (5), Australia (5), Makau (5), Singapura (4), Taiwan (4), Malaysia (4), Korea Selatan (4), Prancis (3), Jepang (3), Vietnam (2), Nepal (1) hingga Kanada (1). Hampir seluruh pasien disebut baru saja bepergian dari Wuhan.

Untuk meminimalkan potensi perluasan wabah, Pemerintah China telah memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari mendatang guna meminimalkan penyebaran virus korona. Kantor Umum Dewan Negara juga meminta seluruh lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, untuk memundurkan jadwal awal semester.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Komite Tetap Biro Politik Komite Pusat Partai Komunis China (CPC) menggelar pertemuan membahas pencegahan dan pengendalian wabah di Beijing, kemarin. SekretarisJenderal (Sekjen) Komite Pusat CPC, Xi Jinping yang juga Presiden China, menegaskan akan berusaha keras memprioritaskan keselamatan warganya. “Kehidupan itu sangat berharga dan penting. Ini merupakan tanggung jawab kami untuk mencegah dan mengendalikan wabah penyakit,” tegas Jinping seperti dikutip Xinhua.

BACA JUGA :  Mobil Wisatawan Asal Bekasi Hilang Kendali dan Terjun ke Jurang di Sukamakmur

Mengemban amanah dari Jinping, Sekjen Komite Pusat CPC Li Keqiang yang juga Perdana Menteri (PM) China telah pergi menuju Wuhan untuk menginspeksi dan memimpin upaya pencegahan dan pengendalian virus korona. Dia memuji upaya dan pengorbanan petugas kesehatan yang bertugas digaris depan.

Di sisi lain Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memberikan dukungan dan bantuan kepada China, juga negara lainnya yang terdampak, melalui kantor cabangnya untuk mengendalikan virus korona. Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan akan berkunjung ke China dalam waktu dekat.

Kekhawatiran Keluarga

Selain mahasiswa dan WNI yang ada di Wuhan, kekhawatiran juga dirasakan keluargamereka di Tanah Air. Merekapun berharap keluarga merekabisa secepatnya kembali ke Indonesia semakin kondisi di Negeri Tirai Bambu memburuk. Perasaan ini antara lain dialami keluarga Nasriudin Herlidan Megawati, warga Desa Sumber Kedawung, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Pasangan suami istri itu resah karena putri kedua mereka bernama Lailatul Komaria Saadah sedang menempuh kuliah di Fuzhou, China.

Mereka bertambah resah karena berdasar komunikasi lewat video call, Lailatul dan teman-temannya dilanda ketakutan karena penyebaran virus korona semakin parah. Mereka semakin resah karena Pemerintah China menutup bandara internasional lewat kota itu per 31 Januari 2020 mendatang yang bisa membuat mereka semakin terkurung di China dan semakin terancam terkena virus korona.

BACA JUGA :  Obati Sakit Pinggang dengan 5 Air Rebusan Ini, Musah Dibuat

“Teman-temanku sudah pada mau pulang sebelum tanggal 31 Januari karena mau dikosongkan di sini. Semua pada ketakutan. Aku sama teman-teman juga sempat ke Wuhan naik kereta, semua ketakutan,” kata Lailatul saat berkomunikasi dengan kakaknya Ulfi Rodiawati Rosidah lewat video call kemarin.

Ulfi Rodiawati Rosidah, kakak Lailatul, menambahkan bahwa adiknya telah meminta keluarga untuk mencarikan dana agar dia bisa segera pulang ke Indonesia sebelum tanggal tersebut. Keluarga sedang mengupayakan agar Lailatul bisa kembali ke Probolinggo. “Kami merasa cemas saat ini. Semoga dia bisa cepat pulang. Saya dulu juga pernah di China selama tiga tahun,” kata Ulfi Rodiawati Rosidah.

Trisuto, warga Desa Tanggul Wetan, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, juga mencemaskan kondisi anaknya, Aprilia Mahardini, yang kini tengah ber ada di Wuhan, China. Aprilia merupakan 1 dari 12 mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang tengah belajar di Central China Normal University (CCNU). “Perhimpunan Mahasiswa Tiongkok di Wuhan bersama pihak KBRI dan Kemlu, semuanya selalu berkoordinasi. Jika tak ada kepentingan mendesak, sebaiknya di kamar. Misal harus ke luar, harus pakai masker khusus,” kata Aprilia saat dihubungi via Video Call.

Untuk memonitor kondisi putri sulungnya, Trisuto mengaku melakukan komunikasi melalui handphone baik melalui pesan singkat atau videocall yang dilakukannya hampir setiap hari. Trisuto merasa tidak tenang jika putri sulungnya ini masih berada di Wuhan, China. “Kalau kondisinya makin memburuk seperti ini, dengan cara apa pun mahasiswa-mahasiswa ini harus dievakuasi,” katanya, Minggu (26/1/2020). Seperti yang dikutip oleh SINDO NEWS. (Mutiara/pkl/net).

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================