JONGGOL TODAY – Ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis belakangan dikeluhkan semakin terbatas, sementara jumlah pasien terus bertambah. Seperti petugas medis di Rumah Sakit Permata Jonggol, Kabupaten Bogor. Mereka terpaksa menggunakan jas hujan atau pakaian panjang berbahan plastik untuk menangani pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Hal itu tampak pada sebuah postingan di twitter yang memperlihatan beberapa tenaga medis disela-sela waktu berswafoto dilengkapi jas hujan plastik yang diunggah oleh Binartha Utami dengan akun @tamitamee.

Dalam unggahannya tersebut, ia menceritakan bersama rekan kerjanya terpaksa mengenakan jas hujan kresek karena keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD).

BACA JUGA :  Paripurna LKPJ Wali Kota Bogor 2023, Pemkot Siap Tindaklanjuti Rekomendasi

“Mohon bantuannya, RS Permata Jonggol saat ini menjadi RS rujukan di Kabupaten Bogor, kasus suspect Covid-19 terus meningkat, kami pun tetap melayani dengan APD seadanya (hanya masker dan jas hujan) tolong kami sebagai garda terdepan melawan pandemi ini,” tulis Binartha Utami dalam twiternya, belum lama ini.

Berdasarkan informasi, Binartha Utami merupakan dokter di rumah sakit Permata Jonggol, Kabupaten Bogor.

Menurut dia, petugas medis di rumah sakit tempatnya berdinas menggunakan jas hujan kresek sebagai alat pelindung diri (APD) sejak Senin (23/3/2020) lalu.

“Belum pernah kami pakai hazmat (pakaian dekontaminasi) di sini. Sebelumnya APD kami hanya masker aja. Ya enggak apa-apa dapat jas hujan dari pada enggak ada sama sekali,” tulisnya.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Minta Tingkatkan Program DWP Sampai ke Unit

Dikatakannya, jas hujan kresek yang digunakan para petugas medis itu hanya sekali pakai. Mereka menggunakan jas hujan kresek itu selama di rumah sakit.

Selain itu, pihak rumah sakit pun kesulitan mendapatkan APD. Selain soal kelangkaan, harga yang dibanderol dipasaran juga sudah terlampau tinggi.

“Bukannya tidak berusaha untuk mencari APD yang sesuai standard tapi kami terkendala di jumlah barang di supplier dan juga harga yang sudah terlalu tinggi,” terang Tami, sapaan akrabnya. (Bambang Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================