BOGOR TODAY – Hentakan martil para penambang emas tanpa izin atau kerap disebut gurandil pecah dalam pekatnya lorong yang minim udara. Serpihan bahan emas mentah bercampur tanah terus mereka kumpulkan dalam wadah yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Tak sadar maut mengancamnya. Penambangan atau proses pengolahan emas secara ‘liar’ seakan menjadi persoalan yang sulit dibendung, padahal ancaman lingkungan terkait penggunaan mercury (air raksa) sudah mengintai. Hingga suatu hari, Jumat (7/11/2020) peristiwa nahas menghampiri Sudian, Pria 36 tahun ini merupakan warga Siranggap, Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Sudian terjebak material tanah saat hujan mengguyur kawasan Barat, Kabupaten Bogor. Sudian tewas dalam lobang stup (rongga) 2 pertambangan milik PT Antam. “Maaf dari kami sampai saat ini tdak ada info soal ada penambang ilegal yang tertimbun di wilayah operasional antam,” kata Humas PT Antam Agus Setiyono. Namun, Agus menegaskan saat itu telah dilakukan penutupan area tambang dengan material filing (bekas tanah galian) untuk area yang sudah diambil batuan biji emas. Meski masih ada beberapa kegiatan operasional belum ditutup karena untuk lantai kerja. Sementara, Madroi Ketua RW setempat menerangkan, bahwa pihaknya mendapat informasi ada warganya yang sudah lima hari tak kunjung pulang dan sedang berada di Gunung Pongkor. Hingga kekhawatiran merasuki keluarga Sudian. Pencarian pun dilakukan untuk memastikan keberadaan Sudian. Namun, tak disangka Sudian ditemukan tak bernyawa dalam lobang penambangan. Namun jasad korban hingga kini belum dapat dievakuasi karena sulitnya medan jalan yang curam dan terjal. “Sudah ketemu, dikabarkan meninggal tertimbun longsoran dilobang,” terang Madroi. Sementara, Kapolsek Nanggung Iptu Dedy mengaku, pihaknya sedang melakukan pengecekan mengenai informasi ada penambang yang tertimbun. Ia men­duga karena curah hujan dan konstruksi tanah yang labil, korban tertimbun material longsor di lubang tambang emas yang digalinya. Namun lantaran kondisi medan yang terjal dan sulit dijangkau, pe­tugas pun mengalami kesu­litan. “Karena cuaca hu­jan terus-menerus sehingga kami menghentikan semen­tara proses evakuasi korban, ”tutupnya. (B. Supriyadi) Bagi Halaman
BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Minta Tingkatkan Program DWP Sampai ke Unit
============================================================
============================================================
============================================================