BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Pemerintah Kabupaten Bogor mencatat 62,967 balita dari 321.787 dinyatakan tidak memiliki bobot atau kondisi tidak normal secara gizi dan postur tubuh. Sementara, 264.820 lainnya berstatus gizi normal.

Berdasarkan data diinput melalui aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau EPPGBM tahun 2021 diperoleh hasil prevalensi stunting sebesar 12,79 persen. Sehingga diyakini lebih rendah 5,04 persen dari target 17,83 persen di tahun 2020.

Bupati Bogor, Ade Yasin menyebut bahwa untuk penajaman sasaran wilayah penanganan stunting, pada tahun 2020 telah ditetapkan 38 desa di 14 kecamatan Kabupaten Bogor sebagai lokus fokus intervensi stunting.

Untuk tahun 2021, terdapat 68 desa dari 26 kecamatan di Kabupaten Bogor yang menjadi lokasi fokus intervensi, yaitu sembilan desa di Kecamatan Cibungbulang, lima desa di Kecamatan Pamijahan, lima desa di Kecamatan Tanjungsari empat desa di Kecamatan Leuwiliang, empat desa di Kecamatan Cijeruk empat desa di Kecamatan Jasinga.

BACA JUGA :  Bejat, Ayah di Buleleng Perkosa Putri Kandung Berusia 7 Tahun

Kemudian, sisanya tersebar di Kecamatan Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Rumpin, Leuwisadeng, Tenjolaya, Sukaraja, Babakan Madang, Tamansari, Caringin, Cigombong, Parung, Rancabungur, Bojonggede, Klapanunggal, Sukamakmur, Cileungsi, Cariu dan Jonggol.

Oleh sebab itu, bentuk intervensi pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi spesifik langsung oleh Tenaga Kesehatan (Nakes) melalui imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan Balita, pemantauan pertumbuhan dan sebagainya.

Dengan begitu, dirinya meminta agar seluruh kecamatan untuk terus menyosialisasikannya. Jangan sampai anak-anak diberikan menu yang tidak sesuai usianya sehingga menyebabkan kurang gizi, karena efeknya bukan hanya stunting.

“Upaya lain juga dilakukan dengan tidak langsung atau intervensi sensitif melalui, penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender,” kata Ade, Senin (6/9/2021).

Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, Intan Widayati menerangkan bahwa pentingnya gizi selama mengandung atau setelah anak dilahirkan, terutama ASI eksklusif selama dua tahun.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

“Juga soal pemantauan pertumbuhan balita di posyandu

“Sebagai upaya deteksi dini masalah gizi atau gangguan pertumbuhan pada balita, ibu harus lebih sering membawa balitanya ke posyandu sehingga nantinya dapat dirujuk ke tenaga kesehatan untuk ditangani, ”kata Intan.

Dirinya berharap, peran Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dapat ikut membantu Dinkes Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kader, serta pengembangan pengorganisasian masyarakat.

Termasuk mendorong pemanfaatan dana desa untuk pencegahan stunting dalam penyediaan sarana prasarana posyandu. Peningkatan peran aktif TP-PKK dan kader dalam menggerakan individu dan masyarakat.

“Dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak tentunya dapat menumbuhkan kesadaran, kemampuan dan kemauan dalam berperilaku sehat dalam pencegahan stunting,” pintanya.
(B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================