Sementara itu, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelaman untuk membuktikan kebenaran keberadaan Kapal Van Der Wijck.

Yuhronur meminta dukungan semua pihak untuk berkoordinasi agar Kapal Van Der Wijck ini dapat menjadi aset nasional.

“Ini merupakan tantangan bagi kami. Langkah selanjutnya kami akan berkoordinasi dengan pimpinan masing-masing apakah diangkat dan sebagainya. Tidak sulit jika menjadi komitmen dan kesepakatan bersama. Kami terus mohon dukungan supaya Kapal Van Der Wijck ini menjadi aset nasional, dan saya yakin menjadi sesuatu yang luar biasa bagi Kabupaten Lamongan,” katanya.

Yuhronur juga memberikan apresiasi kepada Ketua Rukun Nelayan Blimbing Kecamatan Paciran Nur Wachid, dan Nelayan Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong Faizin atas partisipasinya dalam kegiatan ekspedisi pencarian titik tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Untuk diketahui, Kapal Van Der Wijck merupakan kapal mewah di tahun 1921 yang tenggelam pada tahun 1936 di Laut Jawa.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kota Bogor, Jumat 26 April 2024

Kapal itu dinamai Van Der Wijck, karena sesuai nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda Carel Herman Aart van der Wijck, dan melatarbelakangi penulisan novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck oleh Hamka, yang kemudian diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2013.Kapal Van Der Wijck Ditemukan Arkeolog

Selain itu, kisah Tenggelamnya kapal Van Der Wijck juga pernah diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sunil Soraya. Film itu diproduksi tahun 2013 dengan dibintangi artis Pevita Pearce, Herjunot Ali, Reza Rahardian dan Randy Danistha.

Bukti kecelakaan kapal Van Der Wijck yang masih dengan mudah ditemukan adalah tugu peringatan yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda. Monumen itu berlokasi di kompleks Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia Cabang Brondong, Kabupaten Lamongan.

Lokasinya mudah ditemukan yakni berada tepat di belakang Pos Polantas TPI Brondong, Jalan Deandles, jalan poros penghubung Surabaya-Tuban. Bangunan monumennya berdampingan dengan menara sebuah perusahaan seluler.

Monumen tersebut bersusun tiga lantai, sementara di lantai 2 terdapat balkon yang menghadap ke arah laut (utara). Bagunannya sendiri berukuran sekitar 2,5 meter x 3 meter dengan tinggi 10 meter.

BACA JUGA :  Rangkaian HUT RSUD Leuwiliang ke-14 Penuh Berkah

Monumen itu dibangun sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada para nelayan setempat yang telah menolong para korban kecelakaan Kapal Van Der Wijck. Dua buah plakat tertempel di kedua sisi bangunan dengan bahasa Belanda dan Indonesia ejaan lama.

“Tanda Peringatan kepada Penoeloeng-Penoeloeng Waktoe Tenggelamnja Kapal Van Der Wijck DDC 19-20 Oktober 1936,” demikian tulisan dalam plakat itu.

Plakat dalam bahasa Indonesia terletak di sisi barat (dari arah laut), sehingga langsung telihat oleh pengunjung. Sementara plakat berbahasa Belanda berada di baliknya (Timur) yang saat itu banyak rerumputan.

“Martinus Jacobus Uytererk Radiotelegrafist Aan Boord S.S Van Der Wijck 20 Oktober 1936 Hij Bleef Getrouw Tot In Den Dood Zijn Nagedachtenis Zij EERE. Zijne Vrienden,” demikian tulisan tersebut. (net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================