Spinal Cord Injury
Ilustrasi Spinal Cord Injury

BOGOR-TODAY.COMSpinal Cord Injury yang sering dikenal dengan cedera spinal adalah gangguan pada medula spinalis yang mengakibatkan perubahan sementara atau permanen pada fungsi motorik, sensorik, atau otonom.

Melansir alomedika.com, Rabu (15/12/2021) penyebab tersering cedera spinal adalah trauma pada medula spinalis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kekerasan, olahraga, atau jatuh.

Selain itu cedera spinal dapat disebabkan oleh mekanisme non traumatik seperti kelainan kongenital, penyakit autoimun, serta komplikasi akibat prosedur medis.

Diagnosis cedera spinal ditegakkan melalui pemeriksaan menyeluruh meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Keluhan mencakup keluhan sensorik seperti perubahan atau hilangnya sensasi dan motorik seperti paraplegia atau tetraplegia yang dapat disertai masalah pernapasan, jantung, berkemih dan buang air besar. Keluhan sensorik dan motorik tersebut juga terjadi pada penderita sindrom cauda equina.

Penilaian spinal cord injury secara global berdasar pada American Spinal Injury Association (ASIA) Impairment Scale. Penilaian ini mendokumentasikan gejala secara detail serta dapat menentukan tipe dan prognosis cedera spinal.

BACA JUGA :  Cara Membuat Kentang Mustofa yang Sangat Lezat Anti Gagal

Penatalaksanaan cedera spinal meliputi penatalaksanaan awal sesuai protokol Advanced Trauma Life Support (ATLS), terapi farmakologis, pembedahan, dan proses rehabilitasi.

Patofisiologi spinal cord injury (cedera spinal) menjelaskan dua mekanisme cedera yaitu cedera primer, kerusakan awal akibat cedera mekanis. Serta cedera sekunder, cedera yang terjadi akibat cedera primer yang ditandai dengan perdarahan, edema, dan iskemia.[8,9]

Cedera Primer

Cedera primer pada medula spinalis dapat bersifat komplit ataupun inkomplit. Hal ini disebabkan oleh cedera mekanik, berupa, kompresi, distraksi, laserasi dan transeksi.

Cedera tersebut menyebabkan kerusakan pada akson, pembuluh darah, ataupun  membran sel. Kebanyakan, cedera meninggalkan ”subpial rim” dari akson terdemielinisasi atau tidak terdemielinisasi yang berpotensi untuk terjadinya regenerasi. Selain itu, timbul edema akut pada medula yang berkontribusi terhadap kejadian iskemia pada medula spinalis. Fase-fase ini menyerupai patofisiologi molekuler pada cedera otak traumatik.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Thomas Cup dan Uber Cup 2024, Berikut Pembagian Grup

Secara seluler, beberapa menit setelah cedera, terjadi peningkatan sitokin termasuk tumor necrosis factor alpha (TNF-α) dan interleukin 1-beta (IL-1β). Selanjutnya, terjadi pembuangan cadangan glutamat dan disfungsi transporter astrosit glutamat yang menyebabkan meningkatnya kadar sitotoksik glutamat. Periode ini dikenal dengan immediate phase, yang dapat bertahan hingga 2 jam pasca cedera.

Cedera Sekunder

Cedera sekunder dimulai setelah cedera primer berlangsung. Proses patologis ini didasari oleh berbagai mekanisme yang menyebabkan kekurangan energi akibat gangguan perfusi seluler dan iskemia. Cedera sekunder dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

Fase Akut

Fase akut berlangsung dalam 48 jam pertama. Kerusakan vaskularisasi, perdarahan dan iskemia terjadi dalam fase ini. Gangguan mikrosirkulasi tersebut mengakibatkan perubahan patologik seperti disregulasi ionik, eksitotoksisitas, produksi radikal bebas dan respon inflamasi yang berlebihan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada neuron dan glial.

Fase Subakut/Intermediate

============================================================
============================================================
============================================================