Merajut Asa di Kampung Perca
Foto : Aditya/bogor-today.com

BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Pagi itu, Jumat (17/12/2021) warga gang. Raden Alibsyah, Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Bogor Timur, RT04/01 mendadak riuh, nyaris semua anggota keluarga berderet di balik pagar rumah, tak lupa ponsel pintar digenggamnya, sesekali membidik atau sekedar berswafoto.

Di mulut gang, sejumlah petugas kepolisian dengan gagah berjaga, sementara petugas dari Dinas Perhubungan dibantu warga sibuk mengatur lalulintas yang saat itu tampak padat. Begitupun sejumlah wartawan berbaur menempati ruang-ruang kosong sepanjang gang itu.

Sorak sorai membahana tatkala orang nomor satu di Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyapa warga yang telah menantinya. Ponsel mereka pun mulai merekam momen langka itu. Tak sedikit yang ingin berfoto bersama.

“Jabar juara, Jabar juara,” pekik warga.

“Kang Emil,” sapa warga lainnya.

Ya, kedatangan mereka tak lain hanya untuk meresmikan kampung perca yang didirikan dengan sistem kolaborasi dari berbagai instansi dan stakeholder di Kota Bogor.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Mobil Warga Karangasem, 4 Armada Dikerahkan

Konon, kampung perca itu memiliki sejarah yang panjang. Kala itu, salah satu warga setempat bernama Nining Sriningsih yang prihatin melihat kondisi ekonomi para tetangganya karena tercabik-cabik mahluk kecil yang disebut Covid-19.  Tak sedikit pula beberapa istri hingga meninggalkan rumah lantaran suami terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Seiring waktu berjalan, utang menjebaknya. “Saya kasihan dan prihatin terhadap kondisi mereka,” kata Nining lirih.

Berbekal pengalamanan, Nining yang aktif selama 36 tahun terjun dalam bidang sosial, agama, kesehatan, PKK membuat hati Nining tergerak. Nining pun mengajak suaminya Badri untuk berdikuasi.

Nining mengisahkan kepada Badri memiliki niat membantu para tetangganya keluar dari jurang ekonomi yang menghimpit mereka, yakni dengan mengajak tetangganya yang lain bernama Mardianto seorang pemilik tempat kursus jahit dan konveksi.

Gayung bersambut. Mardianto pun mendukung ide Nining untuk melatih para ibu menjahit.

Mardianto mempersilakan mesin-mesin jahit yang ada di tempatnya dimanfaatkan untuk berlatih. Begitu juga sisa kain dan benang yang tidak dipergunakan lagi, boleh digunakan.

BACA JUGA :  Bibir Hitam Gegara 5 Kebiasaan Ini, Simak Sampai Akhir!

Niat baiknya itu, Nining sampaikan kepada Lurah Sindang Sari dan istrinya. Nining pun kembali mendapat dukungan, terlebih dari Enny Wulan yang merupakan istri Lurah yang juga menjabat sebagai Ketua TP PKK Kelurahan Sindang Sari yang mahir dalam bidang fashion.

Awal September 2020, ide Nining pun terwujud. 15 ibu menyatakan dan berkeinginan bergabung dalam gerakan Harapan Antar Sesama (HAS) Sabilulungan.

Di tengah kesibukannya, Enny bergantian mengajar dengan dua ibu yang sudah berpengalaman. Awal menjahit, mereka belajar membuat masker dengan memanfaatkan potongan kain sisa.

Selepas dipromosikan, hasil karya (masker) ada yang berminat membeli. “Penghasilan pertama dipakai buat modal membeli peralatan jahit. Dan sisanya dibagi keuntungan, masing-masing mendapatkan 45 ribu,” kenang Nining.

Usai membuat masker, 4 bulan berjalan mereka sudah bisa menghasilkan keset, sarung bantal, taplak meja, ikat rambut kain dan membuat kain perca. (B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================