mak masna
Mak Masna menyelesaikan keranjang bongsang di Kampung Tegal Waru RT 05/02, Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Di teras rumah berukuran 3 kali 6 meter, mak Masna terlihat duduk dengan dikelilingi helai-helai bambu. Tanggannya yang legam dan keriput menggambarkan usianya yang telah menginjak masa senja.

Bekerja seorang diri dengan peralatan seadanya, tak membuat mak Masna patah semangat. Bahkan, jari-jari mak Masna masih terampil menganyam helai demi helai bambu jenis tali yang didapat dari kebun di sekitar rumahnya.

Ya, mak Masna merupakan satu-satunya perajin keranjang bongsang asal Kampung Tegal Waru RT 05/02, Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang masih bertahan di era modern ini.

BACA JUGA :  Bawolato Nias Geger, Penemuan Mayat Pria Mengapung di Sungai Hou Sumut

Mak Masna mengisahkan, usaha membuat keranjang bongsang yang sudah ditekuni sejak 60 tahun silam berawal dari mengisi waktu luang untuk membantu mencari penghasilan tambahan. Bahkan, saat dirinya masih gadis.

Seiring berjalannya waktu, usaha membuat bongsang itu justru menjadi pekerajaannya setelah menikah. Kini, mak Masna telah memiliki sembilan putra dan 25 cucu.

“Begitu mak menikah dan memiliki sembilan orang anak, usaha ini malah dapat membantu tambahan ekonomi untuk keluarga dirumah,” kisahnya.

Dalam satu hari mak Masna mengaku dapat menghasilkan 10 hingga 15 keranjang bongsang, dengan harga jual Rp30 ribu rupiah per 100 keranjang, sementara pada bulan Maulid 100 bongsang dirinya membandrol Rp50 ribu hingga Rp65 ribu.

BACA JUGA :  Wajib Perhatikan Ini, 5 Penyebab Trombosit Turun yang Perlu Diketahui

Untuk penjualannya pun mak Masna tak perlu repot untuk menjajakannya, karena selama ia membuat bongsang tersebut para pembeli langsung mendatangi rumahnya.

Sementara, putri kedelapan mak Masna, Ningsih mengungapkan kepada pewarta sebelum membuat 100 anyaman bongsang, mulai dari mengkuliti kulit bambu hingga membuat serat tali yang akan dianyam dari, semua ia kerjakan sendiri. Namun, jika untuk memotong bambu di kebun sampai memotong bilahan bambu, baru dilakukan oleh anak anaknya. (B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================