BOGOR-TODAY.COM, MANADO – Ternyata ada banyak daerah di Sulawesi Utara masuk zona rentan likuefaksi. Kerentanannya mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi. Koordinator Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Wilayah Sulawesi Utara, Agus Santoso Bidiharso menilai wilayah Sulawesi Utara rawan likuefaksi dan sebaran batuan alluvium itu banyak.

“Alluvium ada di darat dan pesisir pantai biasanya dan dekat sungai. Ada jenis bebatuan seperti itu. Juga di danau, endapan itu juga sifatnya jenis batuan alluvium,” kata Agus, Kamis (16/6/2022).

Dia menjelaskan, ada beberapa titik wilayah di Sulawesi Utara yang rawan atau rentan likuefaksi. “Pertama di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, seperti Bintauna, itu rawan terjadi likuefaksi. Kemudian juga Boroko,” ujarnya.

Kemudian di Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow. Sepanjang pesisir pantai Lolak hingga Inobonto punya kerentanan tinggi. Lalu, Kabupaten Minahasa Selatan. Di daerah ini yang rawan dari Kapitu hingga Tumpaan. Setelah itu di pesisir pantai Tanawangko, Minahasa.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut, Pengendara Motor Perempuan Tewas usai Terjatuh di Cicurug Sukabumi

“Kondisinya sama karakteristiknya dengan di Amurang, Minahasa Selatan,” sebut Agus. Lanjut ke Manado, mulai dari pesisir pantai Malalayang sampai Bailang. Termasuk juga pesisir timur Pulau Bunaken.

Kota Bitung juga ada wilayah yang rentan yakni Aertembaga. Kemudian pesisir Kema, Minahasa Utara.

Sedangkan di Minahasa Tenggara yakni di Pantai Lakban, Ratatotok juga masuk peta rentan likuefaksi. “Sampai ke Tutuyan, Bolaang Mongondow Timur, dan berlanjut ke Bolaang Mongondow Selatan. Daerah ini hampir semua yang banyak permukiman rawan dan kecenderungan tinggi yang ada pantai,” ungkap alumni Spesialisasi Perencanaan dan Pengelolaan Pantai dan Daerah Aliran Sungai Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) ini.

BACA JUGA :  Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Lawan Irak dan Filipina

Menurut Agus, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar meminimalisasi terjadi kerugian materiil maupun korban jiwa.

“Biasanya endapan aluvial dalam, jadi kalau mau membangun di pesisir pantai tiang panjang jangan hanya sampai kedalaman tertentu saja, tapi sampai batu dasar,” sarannya.

Ahli Madya Sistem Informasi Geografi ini menjelaskan, itu harus dilakukan agar bagunan tidak ambruk.

“Makanya tidak bole asal-asalan bangun. Kalau konstruksi bangunan tinggi, ya tiang panjang sampai batu dasar,” sebut Agus. “Itu akan aman, tapi kalu hanya dua hingga tiga meter bisa bahaya. Begitu juga pembangunan jembatan di sekitar itu (pesisir pantai) dibutuhkan penelitian tanah juga,” sambungnya. –(Net).

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================