Aktris Senior Rima Melati
Aktris Senior Rima Melati tutup usia. Foto : IStimewa.

BOGOR-TODAY.COM, JAKARTAAktris senior Rima Melati yang juga istri dari Frans Tumbuan dikabarkan tutup usia. Pemilik nama asli Marjolien Tambajong itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto, Kamis (23/6/2022) sekitar pukul 15.25 WIB.

Kabar meninggalnya Rima dibenarkan putranya Aditya

“Betul,” katanya, seperti mengutip detikHot.com

Namun demikian, Aditya masih belum memberikan informasi lebih dalam terkait kabar duka tersebut.

Diketahui, Rima Melati dikabarkan masuk ICU sejak awal Juni 2022. Rima Melati dirawat di Intensive Care Unit (ICU) di salah satu rumah sakit di Bintaro.

Semakin hari, kondisi Rima Melati disebut terus menurun. Terlebih karena ia disebut mengidap dekubitus.

Sebagai informasi, ulkus dekubitus merupakan luka pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat tekanan yang berkepanjangan pada kulit setelah berbaring terus-menerus. Bagian tubuh yang paling sering mengalami luka dekubitus adalah area dekat tulang belakang yang mengalami tekanan ketika berbaring, seperti pinggul, tumit pergelangan kaki dan tulang ekor.

Biografi

Rima Melati lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 22 Agustus 1937. Rima, adalah seorang model, pemeran dan penyanyi Indonesia keturunan Belanda dan Minahasa, Sulawesi Utara. Terkenal karena peran pendukung dan karakternya yang khas, ia berakting di banyak film, termasuk peran utama, dari awal dekade 1970-an hingga awal 1980-an. Karya aktingnya terkenal dalam drama-drama romantis seperti Kupu-Kupu Putih (1983), Tinggal Landas Buat Kekasih (1984) dan Pondok Cinta (1985). Disegani karena kecakapan akting dan keserbagunaannya, ia dianggap oleh khalayak sebagai salah satu aktris Indonesia terbesar sepanjang masa.

Selama lebih dari enam dekade kariernya, ia telah menerima berbagai penghargaan, dinominasikan enam kali untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia dengan lima diantaranya sebagai Aktris Pendukung Terbaik, menjadikannya salah satu aktris dengan perolehan nominasi terbanyak dari aktris lain dalam kategori tersebut. Ia memenangkan satu-satunya nominasi Aktris Terbaik Piala Citra yang ia terima di Festival Film Indonesia untuk perannya dalam drama keluarga Intan Berduri (1972).

Nama Rima Melati sebenarnya merupakan pemberian Soekarno. Sekitar awal 1960-an Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan. Nama asli Rima, Marjolien Tambajong, dengan panggilan Lientje, memang pernah dikatakan kebarat-baratan oleh Bung Karno. Ia diilhami tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn. Sayang, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Lientje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, dikombinasi dengan “Melati”.

BACA JUGA :  Turunkan Berat Badan dengan Air Lemon, Ini Dia 3 Cara Membuatnya

Rima semppat meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama. Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.

Rima juga sempat aktif berperan dalam sinetron seperti Wulan (RCTI), Kabut Sutera Ungu (Indosiar), Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta (Indosiar) dan Candy (RCTI). Selain itu Rima juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.

Kehidupan awal

Ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Rima pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid.

Karier

Rima sempat menjadi personel grup penyanyi wanita terkemuka pada 1960-an, Baby Dolls, yang terdiri atas Rima, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.

Rima memulai akting sebagai pemeran utama dalam film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961. Selama dua tahun berikutnya dia berakting dalam sepuluh film, termasuk Djantung Hati (1961), Violetta (1962), dan Kartika Aju (1963). Dia juga tampil beberapa kali di stasiun televisi TVRI. Setelah menyelesaikan perannya dalam film Kunanti Jawabmu (1963), Rima mengambil cuti dari dunia akting.

Melati kembali ke layar perak pada tahun 1969, setelah menikah dengan Ir. Herwindo, dengan perannya dalam film Wim Umboh bertajuk Laki-Laki Tak Bernama. Selama dua puluh tahun berikutnya ia muncul di lebih dari tujuh puluh film, termasuk debut sutradara Teguh Karya Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), debut sutradara Sjumandjaja Lewat Tengah Malam (1971), dan film kolaborasi Indonesia–Belanda Max Havelaar (1975).

Rima menerima penghargaan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1973 dalam kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama.

BACA JUGA :  Pohon-Tiang Listrik Tumbang Hingga Tutup Jalan di Manggis Karangasem

Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.

Pada tahun 1989, tak lama setelah syuting Sesaat dalam Pelukan, Rima didiagnosis dengan kanker payudara Stadium 3B. Ia menjalani perawatan selama satu setengah tahun, bepergian ke Belanda karena ahli bedah Indonesia tidak dapat melakukan mastektomi parsial. Dia tidak kembali bermain film sampai tahun 1994, ketika dia muncul di Sesal. Disutradarai oleh rekannya Sophan Sophiaan, film ini dibintangi Sophiaan sebagai sastrawan yang tak mampu mendampingi istrinya yang diperankan oleh Widyawati, menjelang ajalnya. Pada 1997 Rima menyutradarai serial televisinya Api Cinta Antonio Blanco (1997), berdasarkan kisah hidup Antonio Blanco, seorang pelukis Spanyol-Amerika yang menetap di Bali.

Rima telah membuat beberapa film setelah pergantian milenium, termasuk Banyu Biru (2004) dan Ungu Violet (2005). Hingga 2016, film fitur terbarunya adalah Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011). Dalam sebuah wawancara tahun 2012, dia menyatakan bahwa dia tidak berniat kembali ke film atau televisi. Dia terus berlanjut sebagai perancang busana, dan telah mengkampanyekan kesadaran kanker payudara melalui Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta.

Aktivitas sosial

Rima aktif di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT). Ia pernah mendapat penghargaan dari WHO berupa Award No Tobaco Day karena usahanya dalam kampanye antirokok. Menurut Kepala Perwakilan WHO di Indonesia, George Petterson, Rima terpilih sebagai satu-satunya orang Indonesia dari 10 warga dunia yang pada tahun 2006 mendapat piala penghargaan dari WHO. Rima Melati mulai merokok pada umur 16 tahun karena pengaruh lingkungan dan tontonan. Rima berhenti merokok pada 1989 setelah kerak tar dan nikotin dalam tubuhnya menimbulkan kanker pada usus dan payudara.

Kehidupan pribadi

Rima menikah dengan aktor Frans Tumbuan pada 3 Desember 1973. Frans dan Rima ternyata sudah dijodohkan sejak berusia masih satu tahun. Dari pernikahan keduanya Frans dan Rima memiliki tujuh orang anak. Selama 42 tahun menjadi suami-istri, cinta mereka pun dipisahkan oleh maut yang menjemput Frans pada 23 Maret 2015. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================