BOGOR-TODAY.COMKasus bullying yang menimpa seorang siswa baru saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Senin (18/7/2022) di Jambi mengundang keprihatinan sejumlah pihak. Siswa baru berinisial AK (12) dikeroyok kakak kelas hingga alami retak kaki.

Ferry Timur Indratno, Pemerhati masalah pendidikan asal Yogyakarta mengaku prihatin dengan kejadian yang menimpa siswa baru di Jambi tersebut.

“Itu memprihatinkan, dan tindakan bullying itu tidak hanya terjadi di Jambi, tetapi masih terjadi di beberapa daerah Indonesia, dan di semua jenjang, baik SD, SMP dan SMA,” katanya, Selasa (19/7/2022).

Untuk itu, dirinya mendesak setiap sekolah untuk menerapkan protokol perlindungan anak atau child protection policy (CPP).

“Jadi di dalam CPP, ada kesepakatan antara anak-anak sendiri soal hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Bisa menyangkut perilaku, kedisiplinan dan semuanya bisa diatur di sana,” katanya. Lalu, CPP ini juga diketahui oleh orangtua murid, guru dan sifatnya partisipatoris.

BACA JUGA :  Peringati Hari Kartini, Pemkab Bogor Hadirkan Layanan KB Serentak di 40 Kecamatan se-Kabupaten Bogor

“Harapannya, dengan kesepakatan itu tidak ada lagi kasus perundungan dan tercipta sekolah ramah anak,” katanya.

Selain itu, kata Ferry yang juga merupakan Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta, sekolah juga didorong untuk menerapkan model pengasuhan disiplin positif. Pengasuhan ini mendorong guru atau sekolah untuk memberikan konsekuensi logis daripada hukuman fisik kepada siswa yang melakukan kesalahan.

“Contohnya, ketika ada anak terlambat sekolah tidak serta merta dihukum mengepel kamar mandi, tetapi ditanya apa yang membuatnya terlambat,” katanya. ”

BACA JUGA :  Ibu Menyusui Harus Tahu! Ini Dia Efek Samping Jika Bayi Kurang ASI

Lalu, siswa diberi pemahaman bahwa konsekuensi dari datang terlambat adalah ketinggalan materi pelajaran. Jadi siswa diminta untuk mengejar ketertinggalannya itu,” tambahnya.

Menurut Ferry, garis besarnya adalah ‘hukuman’ yang diberikan terkait dengan kesalahan yang dilakukan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Agra, orangtua siswa baru di Jambi menceritakan, anaknya saat ini alami trauma dan tidak mau berangkat sekolah.

“Anak saya trauma. Dia takut mau sekolah lagi. Saat mediasi di sekolah, anak saya dilarang ngomong,” beber Arga.

Arga berharap peristiwa pengeroyokan itu diselesaikan dengan tuntas. Sehingga peristiwa serupa tidak terjadi di masa mendatang. –(Net).

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================