Satya berencana fokus untuk mengembangkan digital marketing dan inovasi produk. “Saya akan investasi besar-besaran di digital marketing baik menambah tim, menambah anggaran untuk promosi dan juga Investasi di pembelian bahan dan kemasan untuk produk, selain itu juga investasi untuk menambah tim R&D,” katanya.

Agung Setiawan, pemilik Woodeco Indonesia, mengatakan usahanya mengolah limbah serbuk kayu menjadi wood pellets yang telah menembus pasar ekspor. Menurut dia, bisnis yang dikembangkannya sangat inovatif karena setiap tahun mengeluarkan desain dan produk baru. “Kami selalu menjadi inovator dalam produk yang kami hasilkan di pasar khususnya untuk ekspor,“ tegasnya.

Apabila terpilih menjadi aggregator, Agung menjelaskan yang utama adalah mengenalkan produk Woodeco yang ramah lingkungan. Selain itu, dia akan menangkap peluang kolaborasi dengan UMKM lain untuk ikut serta dalam produksi dan pascaproduksi baik sebagai entrepreneur, suplier bahan baku maupun mencetak entrepeneur. “Minimal sebagai reseller kami,“ ujarnya.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Sabtu 4 Mei 2024

Agung menilai kelemahan UMKM indonesia adalah lemahnya literasi digital khususnya marketing online. Dia berharap SMEPP dapat menjebatani UMKM untuk melek digital marketing dengan menggunakan lokal pasar internasional khususnya Alibaba.com. “Kami siap menjadi mentor untuk program ini karena pengalaman kami sudah memasuki tahun kedua dengan menjadi Gold Supplier di Alibaba.com. Bahkan, tahun kemarin kami mendapat penghargaan sebagi Best Indonesia Suplier dari Alibaba Indonesia (ATT Group),“ ungkapnya.

Ni Made Roni, pemilik Made Tea, awalnya sempat ragu bisa masuk 10 besar Pertapreneur Aggregator. Tetapi setelah mendapatkan coaching dari tim MarkPlus dan Pertamina, dia menjadi tambah optimistik untuk masuk ke babak final.

BACA JUGA :  Potato Wedges ala Kafe, Cemilan Renyah dan Gurih yang Bikin Nagih

Made memiliki usaha botanical infusion dengan merek Tissane Tea.
Dia mengikuti UKM Academy baik secara offline dan online agar bisnisnya naik kelas. Selain itu, Pertamina kerap mengajak ikut pameran dan membeli produk Made Tea untuk gift atau hampers. “Saya berharap bisa terpilih menjadi agregator. Benefit yang didapatkan akan saya gunakan 50% untuk pengembangan SDM (marketing) guna meningkatkan sales revenue dan 50% untuk mesin guna menunjang produksi. Kami memerlukan mesin filling untuk mempercepat proses produksi kami,” ungkapnya.(*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================