Kota Bogor Sukses Turunkan Angka Stunting Hingga Tersisa 1.849 Balita

Sementara itu, Katimker Pembina Pelayanan Gizi Dinkes Kota Bogor, Deasy Triwahyuni menegaskan dalam penanganan stunting di Kota Bogor ini secara menyeluruh melibatkan 12 OPD di Kota Bogor. Begitu juga dengan polanya, baik pencegahan maupun penanggulangannya, mulai dari remaja putri usia SMP, SMA hingga pra nikah, pasca nikah, ibu hamil, bayi lahir, balita.

“Pada remaja putri dari usia 13 tahun atau SMP hingga pra hingga pasca nikah kami berikan tablet tambah darah. Bahkan kami melakukan intervensi saat ibu hamil dengan mengecek apakah masuk kategori kurang energi kronis (KEK) atau tidak,” kata Deasy.

Bila ibu hamil tersebut, mengalami KEK dengan ciri lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, maka tim Dinkes di Posyandu memberikan tablet tambah darah.

Begitu juga saat saat bayi lahir, Dinkes terus memantau perkembangan bayi dengan program inisiasi menyusui dini (IMD), agar ibu melahirkan segera memberikan asi efektif selama enam bulan. Bila bayi tersebut Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan prematur, diare pada balita dan pneumonia pada balita, pihaknya melakukan intervensi dengan pemberian makanan tambahan (PMT).

BACA JUGA :  Silaturahmi Dengan Pimpinan DPRD Dengan PJ Wali Kota, Bahas Isu Strategis dan Tingkatkan Sinergitas Demi Kota Bogor

Faktor risiko lingkungan juga masih ada yaitu masih kurangnya sanitasi dasar. Saat ini di Kota Bogor baru ada dua Kelurahan yang ODF (Open Defecation Free) atau Bebas BAB sembarangan. Kompleksnya permasalahan stunting dan perlu banyaknya stakeholder yang terkait dalam intervensi spesifik dan sensitif, memerlukan penanganan yang dilakukan secara terkoordinir dan terpadu kepada sasaran prioritas, tidak hanya oleh sektor kesehatan namun juga perlu intervensi dari sektor lainnya.

Dirinya optimis, karena program penanganan stunting ini tak hanya Dinkes saja, tapi ada 12 OPD, diantaranya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang membangun infrastruktur kesehatan yakni pembangunan jamban komunal, Dinas Pendidikan yang mengintervensi pemberian tablet tambah darah setiap seminggu sekali bagi remaja putri, Dinas Sosial, Kemenag, Disdukcapil, Dinas Lingkungan Hidup, BKAD, DP3A, Dinas Dalduk KB, Dinas Perumahan dan Permukiman, Diskominfo, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas KUMKM,  DKPP, Bagian Pemerintahan Setda, Bagian Kesra Daerah, Camat se-Kota Bogor, Media, Akademisi (Unpad dan UI) dan Corporate Social Responsibilities (CSR) dari pihak swasta.

BACA JUGA :  Komisi IV DPRD Kota Bogor dan Disdik Rumuskan Kebijakan Baru Soal PPDB

“Sebenarnya di Kota Bogor pencegahan stunting ini sejak 2017 silam dengan program tanggap Leungitkeun Stunting (Taleus) Bogor, sedangkan fokus penanganan stunting ini pada 2021,’’papar Deasy.

GRAFIS-DATA

KOLABORASI BERANTAS STUNTING

*Kolaborasi Tim Percepatan Penanggulangan Stunting (TPPS) menunjukkan hasil signifikan

*Stunting Kota berkisar dari 3,25 persen

*Stunting turun 0,66 persen (451 orang)

*Stunting menjadi 2,59 persen atau tersisa 1.849 balita

*Upaya menurunkan stunting:

  •  Program ASN Peduli Stunting dengan Telur (ASN Penting Lur). >>>>Seluruh ASN menyumbangkan 1,5 kilogram telur per bulan untuk penyandang stunting.
  • TPPS juga menggalang dana CSR dengan komunitas dan pihak swasta
  • Pengentasan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
  • Pemkot Bogor mendapat bantuan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk keluarga risiko stunting berupa telur, ayam dan sembako.
  • Komunitas dan swasta memberikan bantuan , seperti susu dan obat blackmores. *** 

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================