Halimah Munawir dari Megamendung, Lahirkan PADMI Diusia 60

padmi

BOGORTODAY.COM – Bogor-Walau usia sudah berkepala 60 tahun, Halimah Munawir budayawan yang tinggal di Desa Kuta, Megamendung, Kabupaten Bogor kembali menulis novel berjudul Padmi.

Padmi, tutur Halimah Munawir adalah kisah calon Permaisuri yang terbuang dan menyalurkan kegusaran, kegundahan serta suasana hatinya dengan kegiatan menari.

Novel ini menjadi penting karena di tengah hiruk pikuk globalisasi masih terdengar semboyan yang menyurakan pentingnya masyarakat menggali nilai-nilai budaya lokal yang adiluhung, apalagi didukung ‘kekuatan’ karakter tokoh-tokoh di dalamnya.

Halimah Munawir mengaku, awal mula ia menulis Padmi saat seluruh dunia dilanda pandemi Covid-19. Seperti keluarga lainnya, ia pun ‘terkurung’ karena pemerintah saat itu mengambil langkah ‘Lockdown’.

“Waktu pandemi Covid-19, dan dalam proses pemulihan atas wabah tersebut, saya terinspirasi untuk menulis novel yang berlatar belakang seni budaya di kediaman saya, Rumah Budaya HMA di Desa Kuta, Megamendung,” kata Halimah Munawir kepada wartawan, Minggu, 4 Februari 2024.

BACA JUGA :  Sambut HUT ke-13, Lorin Sentul Hotel Gelar Turnamen Futsal Antar Hotel dan Restoran se-Jabotabek

Ia menuturkan sebagai penggiat budaya dan pelestari kain batik, dirinya sudah terbiasa berkumpul dan berkarya dengan para seniman, termasuk para penari.

“Dari penari-penari yang berlatih di Rumah Budaya HMA itulah saya punya inspirasi, untuk mengangkat kisah Padmi dan menuangkannya ke dalam novel yang sudah dicetak ke dalam 2 edisi ini,” tuturnya.

Halimah menjelaskan bahwa di setiap menulis novel, dirinya selalu mencoba untuk tidak hanya membangun sebuah karakter melainkan juga ada unsur edukasi budaya atau kearifan lokal.

“Saya juga kerap menyisipkan, hal-hal yang bersifat mitos, yang tetap melegenda dengan detail-detailnya. Alhamdulillah novel Padmi yang sedianya hanya di cetak terbatas di Penerbit Diomedia sebagai penghargaan pada diri saya sendiri dapat mencapai angka jelang 60 ketika launching banyak respon positif sehingga novel Padmi pertama di olah kembali dengan lebih baik dan dibuat cetakan ke dua oleh Balai Pustaka yang dua minggu lalu Obor Sastra membedah novel Padmi di PDS, Taman Ismail Marjuki dan dikaji juga oleh Kelompok Study Proklamasi,” jelasnya.

BACA JUGA :  Surat Edaran Soal Study Tour, Pj Wali Kota Bogor Imbau Kegiatan di Dalam Kota

Ia pun bersyukur, di luar ekspetasi atau dugaan novel Padmi yang mengangkat seni tari dan budaya ini gamdrungi pula oleh generasi Z.

“Tak hanya itu, Vieronica Varby Dosen Unsri mengharapkan bahwa kisah penulisan novel Padmi ini bisa ditayangkan di youtube, agar semakin banyak pihak yang belajar menulis, sekaligus mencintai seni dan budayanya,” tukas Halimah Munawir. ***

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================