Kacamata berbingkai kayu bagi kalangan anak muda dan publik figur mampu membawa kesan unik dan tidak pasaran. Sebab pembuatannya memang customized dan dibuat secara handmade. Harga jualnya pun terbilang tinggi, berkisar jutaan rupiah per unit. Nah, bagi yang menginginkan kacamata kayu dengan desain dan bahan sesuai selera, saat ini bisa memanfaatkan penyedia bingkai kacamata kayu customized yang digarap pemuda asal Bogor Wahyu Nurmansyah dengan brand Rainwood. Pemain lainnya Akhmad Cliff Yusron dengan merek Kallestory. Seperti apa?
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Dunia kayu bagi Wahyu NurÂmansyah memang bukan hal yang baru. Sebelumnya, ia merupakan produsen dan penggiat finger board (skateÂboard tangan) di kota hujan. Melihat limÂbah kayu sisa pembuat an fingerboard, WaÂhyu kemudian terinspirasi untuk membuat kacamata dengan bingkai kayu.
â€Bikin kac amata ini karena lihat banÂyaknya bahan yang terbuang dari fingerÂboard. Karena dari satu lembar kayu untuk membuat satu fingerboard cukup banyak bahan yang kebuang, jadi coba nih sisa-siÂsanya diolah dan akhirnya bikin kacamata dan allhamdulillah banyak juga responÂsnya,†jelas Wahyu.
Dengan menggunakan tenaganya sendiri dan kreativitas yang dimilikinya, kacamata dari kayu ini sangat banyak peÂminatnya. Meski dibanderol dengan harga yang cukup mahal, produknya ini banyak diincar penyuka fashion unik.
Dalam proses pembuatan kacamata dari kayu ini juga sebelumnya Wahyu melakukan riset terlebih dahulu. Dengan membu at desain kacamata yang nyaman dan bisa dipakai oleh siapa saja. Setelah masa ri set dan percobaan yang mendapat respons barulah dirinya memutuskan unÂtuk memfokuskan untuk dijadikan usaha seperti halnya fingerboard.
Pemain lainnya adalah Cliff Yusron denÂgan brand Kallestory. Cliff mengatakan suÂdah sejak tiga tahun lalu membuat kacamata berbahan kayu. Ini berawal dari dirinya yang memang pengguna kacamata yang suka berÂganti-ganti model bingkai agar tidak bosan.
Cliff harus melakukan riset dari pemiliÂhan bahan kayu yang cocok untuk kacamaÂta, uji joba engsel, hingga eksplorasi model yang sesuai dengan anatomi orang IndoÂnesia. Bahan baku yang digunakan seperti kayu rosewood, mahagony, maple, kemunÂing, bambu, dan kayu nangka. Selain itu juga dia menggunakan kayu bedaru, glugu, zebrawood, bahkan dengan kombinasi tanÂduk kerbau maupun sapi.
Sementara harga kacamata di Kallestory mulai dari Rp 1,1 juta per unit. Cliff menÂgaku bisa meraup omzet Rp 30 juta per buÂlan dar i penjualan kacamata bingkai kayu ini. Pasar yang disasar memang kalangan menengah atas, mengingat harga jual yang cukup mahal. Terang saja, pembuatan kaÂcamata ini dari buatan tangan serta meÂmerlukan kejelian serta kreativitas tinggi. Sebagian besar pembuatan berdasarkan pesanan pembeli alias customized.
Cliff membu at Kallestor y dengan meÂnentukan tebal permukaan kacamat a tidak akan lebih dari 8 mm. Dia harus menenÂtukan secara tepat lokasi serat kayu agar tetap bisa terlihat dengan baik kemudian dipres dengan pre sisi sehingga melengÂkung menyesuaikan anatomi muka sehingÂga nyaman dipakai.
Proses pembuatan dimulai dari molding bentuk frame, menggergaji, menghaluskan hingga proses penyelesaian dengan menuÂtup pori-pori kayu agar tidak kemasukan air dan keringat. Selain itu, Kallestory akan menggrafir gagang kac amata dengan nama atau inisial pemesan sehingga produk itu akan sangat personal ketika dipakai oleh pembelinya. “Proses pembuatan kurang lebih memakan waktu 15 hari,” ujar Cliff.
(Apriyadi Hidayat/KTN)