TAHUN 1978 Kiki hanya sekedar membantu bisnis mie bakso milik tantenya, dengan berbekal gerobak, lamÂpu petromak dan tenda bambu tidak membuatnya malu untuk ikut terjun di bisnis keluarganya itu. Pahit manis jualan bakso di Pasar Bogor menjadi gerbang tekadnya untuk membuat usaha yang serupa dengan keluarganya.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Mendengar perjalanan pebisÂnis yang sukses tentu dibumÂbui oleh kisah-kisah jatuh bangun di dalamnya, hal ini juga yang di alami pria keturunan TionÂghoa, Kiki Sanjaya. Pria yang tidak asing di panggil Kiki ini juga bahkan pernah vacuum saat merintis bisnis kuliner, padahal saat itu usahanya sudah mulai membuahkan hasil. Namun, dukungan keluarga dan teman-temannya memÂbuat ia kembali bangkit hingga akhÂirnya ia membangun kembali bisnis kuliner Martabak Kiki tanpa modal.
Hingga akhirnya, Kiki yang memiÂliki hobi memasak memutuskan untuk memulai usaha menjual mie bakso pada tahun 80-an, dengan terus belaÂjar dari senior-seniornya bagaimana meracik bakso sendiri. Memulai bisÂnisnya itu, tentu saja Kiki tak langsung sukses, berjualan bakso menggunakan gerobak di kaki lima berhasil menghanÂtarkan Kiki mendirikan Rumah Makan Martabak Kiki dengan sukses.
“Sebelumnya saya pernah vacuum selama beberapa tahun karena tokonya diambil alih oleh orang lain, dan saya memulai bisnis lain seperti kontraktor, namun tidak lama dan kembali lagi memÂbangun bisnis kuliner, memang sudah jodoh saya,†urai Kiki sambil menceriÂtakan pengalaman dia yang masih jelas terekam di ingatannya.
Baginya pria kelahiran 16 Juli 1960 ini, dukungan keluarga, teman dekat menjadi pecutan saat ia kembali meÂmutuskan merintis kembali usaha kuÂlinernya itu. Sampai akhirnya ia kini membuka usaha dengan menggunakan konsep yang ia kreasikan. Masih denÂgan rasa yang sama, ia kembali meracik bakso dan mie yang sudah lama dirindui para konsumennya, bahkan Kiki tidak lupa sedikit pun cara meracik, karena baginya ‘ilmu itu tidak akan mudah unÂtuk dilupakan’.
Selain it, ia menilai, komoditinya bisa juga sebagai target wisata kuliner baik di Bogor itu sendiri juga luar kota. Namun seriring berjalannya waktu, persaingan bisnis kuliner semakin ketat, itulah seÂbabnya Kiki juga terus melakukan teroÂbosan agar pelanggannya tidak bosan dengan komotidinya yang itu-itu saja.
“Saya kan orang lama, masa kalah sama pemain baru. Kemauan, semangat dan gairah sangat berpengaruh untuk bertahan di bisnis ini, itu prinsip saya selama ini,†tekad pria kelahiran Bangka Belitung ini.