KENAIKAN suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed) di kisaran 0,25 persen menjadi 0,50 persen, memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia.\
Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]
Menurut MenÂteri Keuangan Bambang BroÂjonegoro, keÂnaikan suku bunga The Fed akan tetap mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termaÂsuk Indonesia.
“Kalau di sistem ekonomi yang open ini segala sesuatu akan terpengaruh,†kata Bambang usai acara Seminar Nasional Infrastruktur Untuk Rakyat di UOB Plaza, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Bambang menegaskan, kenaikan fed fund rate (ffr) tentunya tidak begitu saja diterapkan oleh bank sentral AS. “Tentunya the Fed akan menghitung setiap kali naik apakah sudah timing yang teÂpat atau belum,†tandasnya.
Sekedar informasi, The Federal Reserve akhirnya menaikkan suku bunga unÂtuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Hal ini menandakan keyakinan bahÂwa ekonomi AS sebagian beÂsar telah mengatasi luka dari krisis keuangan 2007.
The Fed menetapkan keÂnaikan suku bunga di kisaran 0,25 persen menjadi 0,50 persen, sekaligus mengakhiri perdebatan panjang terkait ekonomi Amerika cukup kuat untuk menahan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Genjot Ekspor
Ketua Umum (Ketum) KaÂmar Dagang dan Industri InÂdonesia (Kadin) Rosan PerÂkasa Roeslani menyatakan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Fed Fund Rate sebesar 0,25 persen menÂjadi 0,50 persen harus dapat dianÂtisipasi dengan p roduk- p roduk lokal yang bernilai ekspor tinggi.
Dijelaskan Rosan, naiknya Fed Rate sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Namun, geÂjolaknya membuat nilai tukar rupiah terhadap USD kembali ke level Rp14.000-an per USD.
“Yang perlu diperhatikan lagi adalah kenaikan ini diperÂkirakan sampai 2016-2017, itu pemerintah harus antisipasi. Dengan adanya kenaikan poÂtensi suku bunga ini berarti potensi kenaikan suku bunga. Berarti kita harus menÂdorong produk-produk ekspor ini supaya berÂjalan, bukan sebaliknya terjadi defisit,†kata Rosan, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
MenuÂr u t Rosan, kenaikan lanjutan Fed Rate tersebut yang harus dipÂikirkan pemerintah dan diÂantisipasi dari sekarang. Jika tidak, arus modal (capital outÂflow) akan terus terjadi yang membuat USD semakin kuat terhadap rupiah.
“Karena kalau tidak penÂguatan dolar ini diperkiÂrakan oleh banyak pihak akan berjalan secara gradual. TenÂtunya pemerintah harus memberiÂkan insentif kepada bisnis, sebetulnya insentif itu kan berada dalam genggaman pemerintah,†imbuhnya.
“Pemerintah juga harus meningkatkan efisiensi barang modal dan jasa kita. ConÂtohnya logistik kita,†tukasnya.