PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) bertekad meningkatkan kinerja perusahaan dengan melebarkan sayap ke lini usaha baru dengan membentuk anak usah di sektor asuransi.
Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]
Direktur utama BTN Maryono mengatakan, anak usaha terseÂbut akan mulai dioperasikan dalam waktu dekat. “Kami dalam waktu dekat akan me-launching (meluncurkan) anak usaha di sektor asuransi. Rencananya kuartal satu 2016 bisa jalan,†ujar dia usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Kantor BTN, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Untuk memuluskan usaha ini, perusahaan menggandeng perusahaan asuransi jiwa pelat merah PT Jasindo. BTN akan bertindak selaku pemegang saham mayoritas atas anak usaha tersebut. “Rencananya, share (porsi kepemilikan) kami sekitar 60-70%, sisanya Jasindo,†ujarnya.
Dalam operasinya nanti, kata dia, asuransi jiwa ini akan menyasar Nasabah-nasabah yang saat ini telah menjadi peserta asuransi Jasindo. SeÂlain itu juga menyasar nasabah baru yakni nasabah Bank BTN. “Jadi menggabungkan, nasaÂbah Jasindo dan nasabah Bank BTN. Pasarnya sangat luas,†pungkas dia.
Biayai 700.000 Rumah
Pada bagian lain, Bank BTN akan tetap menggenjot pendapatan dari sektor peÂrumahan yang diperkirakan akan bertumbuh pada tahun 2016. Bank BTN menargetkan realisasi pembiayaan perumaÂhan bisa meningkat baik dari segi jumlah maupun nilainya.
“Tahun 2016 kami menarÂgetkan bisa mendukung pemÂbangunan rumah sebanyak 600-700 ribu unit baik yang subsidi maupun yang non subÂsidi,†ujar Maryono usai mengÂgelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di Kantor Pusat BTN, Jakarta.
Maryono menyebutkan, jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan realisasi tahun 2015. Ia menyebutkan, hingga September 2015, BTN telah membiayai 300.000 unit. Sedangkan target yang dipasang 2015 sekitar 441.000 unit rumah. “Angka akhir taÂhun belum bisa diumumkan karena masih perlu audit. Setelah dari auditor baru bisa diumumkan angka pastinya,†sambung dia.
Sama dengan penyaluran KPR di tahun 2015, Maryono memproyeksikan sekitar 60% dari target penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di 2016 tersebut merupakan KPR bersubsidi, sementara sisanya adalah yang non subsidi.
Lebih lanjut Maryono menjelaskan, target baru ini sengaja dipasang dengan perÂtimbangan bahwa permintaan rumah terutama rumah perÂtama masih sangat tinggi.
Di lain pihak, kalangan pengembang juga mulai menÂgalihkan variasi produknya untuk menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah. Yang artinya, akan lebih banÂyak rumah dibangun dan lebih banyak membutuhkan dukunÂgan pembiayaan dari sisi kepeÂmilikannya.
“Demand masih tinggi. Kemudian developer banyak yang mengalihkan produk yang high end (mewah) ke menengah ke bawah. Jadi rumah yang dibangun akan kecil-kecil dan banyak,†pungÂkas dia.