WASHINGTON, TODAY — Harga minyak dunia diprediksi bakal hancur lebur meÂnyusul pencabuÂtan sanksi ekonomi terhadap Iran oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) akhir pekan ini. Kebijakan PBB ini dipasÂtikan akan menggunÂcang pasar minyak mentah dunia.
Seperti dikutip dari CNNMoney, sanksi ekonomi AS dan Uni Eropa terhadap Iran akhirnya dicabut untuk memulihkan akses negara tersebut ke pasar dunia. Iran diketahui telah mempersiapÂkan diri untuk momen ini selaÂma berbulan-bulan, dan akan segera kembali ke jajaran atas dalam negara produsen minÂyak dunia.
Sementara itu, harga minÂyak mentah dunia telah anjlok selama berbulan-bulan, jatuh ke bawah USD30 per barel. Banjir pasokan baru dari Iran kemungkinan akan mendoÂrong harga minyak mentah lebih rendah.
 “Iran dapat dengan cepat mengambil minÂyak dari penyimpanan dan dari kapal tanker di laut. Iran memiliki minat untuk melakukan hal itu secepatnya, karena selama ini hanya memÂbayar untuk menyimpan minyak itu,†kata Brenda Shaffer, Profesor Georgetown UniverÂsity di Washington, Minggu(17/1/2016).
Analis memperkirakan Iran bakal menamÂbah antara 600 ribu hingga 1 juta barel per hari dalam produksi minyak. Namun para petinggi negara tersebut dinilai akan jauh lebih agresif dalam memproduksi minyak.
Menteri Minyak Iran, Bijan Zanganeh menÂgatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara eksklusif, bahwa pihaknya menargetkan untuk meningkatkan produksi hingga mendekati 1,5 juta barel per hari pada akhir 2016.
Namun, Iran berada dalam posisi sulit. Pasalnya, semakin banyak minyak itu diekspor, maka harga dinilai bakal semakin murah pula. Saat ini Iran memiliki biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, tetapi kemerosotan harga lanjuÂtan membahayakan produsen minyak. Negara tersebut sangat membutuhkan investasi besar untuk infrastruktur minyak yang terbilang suÂdah ketinggalan zaman.
Iran adalah anggota kartel minyak OPEC. Beberapa tahun yang lalu, negara-negara OPEC menyatakan bakal menyesuaikan produksi mereka untuk menjaga harga. NaÂmun, OPEC dinilai tidak mungkin melakukan hal seperti itu untuk saat ini. Pasalnya, tren shale gas AS telah memaksa OPEC untuk menÂgubah strategi dan meningkatkan produksi demi mempertahankan pangsa pasarnya.
Lebih lanjut, ketegangan diplomatik terakhir antara Iran dan Arab Saudi membuat situasi lebÂih rumit. Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, sudah berjuang untuk menjaga pangsa pasar dan ambisi Iran mengganggu rencana Arab.
Ada beberapa harapan. Pencabutan sankÂsi ini tidak mengherankan, dan beberapa anaÂlis mengatakan sebagian besar kejatuhan harÂga minyak telah disesuaikan oleh pelaku pasar. Adapun kesepakatan nuklir tersebut telah disÂegel pada Juli, hampir 2 tahun dalam pembuaÂtannya. “Banyak minyak Iran yang telah merÂembes ke pasar global sejak penandatanganan kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya, karena penegakan sanksi itu sangat lemah setelah perjanjian,†kata Shaffer.
Dilansir dari AFP, Minggu (17/1/2016), Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, memperingatkan Iran bahwa negaranya tetap tidak mengizinkan Iran untuk memproduksi senjata nuklir. Hal itu dikatakan Netanyahu dalam rapat kabinet di kantornya. “Kebijakan Israel tetap dan tidak mengizinkan Iran untuk memproduksi dan melanjutkan program nukÂlirnya,†kata Netanyahu.
Kesepakatan nuklir tersebut sangat ditenÂtang oleh Netanyahu. Menurut Netanyahu, dicabutnya sanksi terhadap Iran akan memÂperkuat kelompok-kelompok militan Iran terÂmasuk Hizbullah.
Israel tetap akan terus memantau produkÂsi nuklir yang dilakukan oleh Iran. “Israel telah siap dengan ancaman apapun,†lanjutnya.
Netanyahu menjelaskan bahwa Iran sanÂgat berambisi dengan tenaga nuklirnya. Dan menurutnya pengembangan senjata nuklir oleh Iran tersebut adalah sebuah pelanggaran. “Iran tidak akan melepaskan ambisinya untuk membuat senjata nuklir,†ujar Netanyahu.
Sesuai kesepakatan yang dicapai pada 14 Juli 2016 tersebut, Iran setuju untuk menuÂrunkan dengan drastis aktivitas nuklirnya. SeÂbagai imbalannya, Iran akan dibebaskan dari sanksi-sanksi internasional, khususnya sanksi terhadap ekspor minyak Iran.
Pasar Keuangan Dunia Hancur
Kepanikan dalam pasar keuangan pada 2016 terus bertambah menakutkan. AmblasnÂya harga minyak mentah dunia dan gejolak perekonomian China dinilai masih menjadi penyebab utama.
Indeks Dow Jones menjadi tumbal peleÂmahan harga minyak dunia setelah amblas 391 poin atau 2,39 persen pada perdagangan Jumat (15/1), menyebabkan indeks terpangÂkas hingga 1.437 poin hanya dalam dua minÂggu pertama tahun ini. Sementara indeks S&P 500 kehilangan anjlok 2,3 persen dan Nasdaq jatuh 2,7 persen ke level terendah sejak OkÂtober 2014. Padahal, sebelumnya gelombang aksi jual saham dianggap telah mereda dan serangan kepanikan Wall Street berakhir. Pasalnya, Dow Jones Sempat melonjak 228 poin pada Kamis, yang merupakan hari terbaik sejak awal Desember. “Sentimen ini didomiÂnasi oleh rasa takut. Menjelang akhir pekan yang panjang, orang-orang masih khawatir,†kata Sam Stovall, direktur strategi ekuitas di S&P Capital IQ.
Pelemahan pasar saham pada Jumat diÂpicu oleh pelemahan lanjutan harga minyak mentah dan bursa China yang jatuh ke situÂasi yang lesu (bearish). Pasar saham AS juga terseret ke beberapa level yang menakutkan, dimana S&P 500 sempat menembus ke bawah tingkat terendah pada 24 Agustus 2015 sebeÂlum akhirnya rebound.
(Yuska Apitya Aji)