Oleh: AHMAD HAIDIR AL
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Moestopo dan Warga LiNTAS
Sepanjang perjalanan sejarah mahasiswa terÂdapat tiga periode yang paling monumental yaitu pada tahun 1965- 1966, 1975-1978, dan 1997 samÂpai 2000. Dimana pada periode tersebut mahasiswa tidak hanya berdiri sebagai kaum intelektual yang sibuk dengan lembaran-lemÂbaran buku dan sekelumit teori, tapi mahasiswa berdiri, bergerak, dan meluruskan segala bentuk akÂtifitas pemerintah yang dianggap keliru dan merugikan rakyat!
Mahasiswa juga bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan tidak tidur oleh ninaÂbobo glamoritas kehidupan.
Tidak peduli jurusan apapun yang kalian akan ambil sebagai mahasiswa kalian harus memeiÂliki tanggung jawab moral terÂhadap persoalan kemanusiaan, kebangsaan dan keadilan dan seÂgala bentuk-bentuk penindasan, baik secara fisik, ekonomi, politik dan hukum.
Degradasi Idealisme Mahasiswa Pasca Reformasi
Pasca tumbangnya rezim otoriter di bawah kepemimpiÂnan tangan besi Soeharto mahaÂsiswa tampil sebagai superhero dan menumbuhkan kepercayaan yang besar di tengah masyarakat akan tetapi di saat sistem ekonoÂmi politik Indonesia yang semaÂkin menuju neo-liberalisme dan masyarakat menjadi hedonis.
Lambat laun fenomena ini melunturkan label-label yang dinisbahkan pada mahasiswa sepÂerti agent of change, social control dan agent of power, mahasiswa digiring kepada demokrasi semu dan kesenangan hedonisme.
Dan mahasiswa pun semakin sibuk dengan urusan pribadi dan kesenangan-kesenangan omong kosong dengan kata lain idealisme mahasiswa telah tergadaikan.
Secara perlahan kepekaan soÂsial, budaya kritis dan integritas intelektual kian terkikis sampai dengan 17 tahun pasca reformasi mahasiswa mengalami kemunÂduran dari segi akedemik dan pergerakan aktivisme-kritis.
Pada akhirnya istilah mahaÂsiswa menurut kami tidak layak disandangkan pada mereka pelaÂjar universitas hari ini.
Kenapa? Karena penggunaan istilah mahasiswa merujuk pada pengalaman historis dimana di atas sudah diuraikan bahwa peÂlajar yang duduk di bangku perÂguruan tinggi adalah siswa-siswi yang memiliki mandat moraliÂtas, itu kenapa penggunaan kata maha (besar) dilekatkan pada siswa/siswi (pelajar) yang berarti seorang mahasiswa adalah mereÂka yang memiliki jiwa yang besar disertai dengan tanggung jawab sosial dan keberanian untuk berÂkata benar untuk sebuah kebenaÂran dan menolak segala bentuk kemunafikan.
Pesan Mahasiswa untuk para Mahasiswa Baru
Mulailah mengenal lingkungan kampus, cari orang-orang yang memiliki latar belakang organisasi atau orientasi pergerakan.
Kelola informasi dari media internet dan literatur buku tenÂtang sejarah bangsa dan sejarah pergerakan mahasiswa baik seÂcara akademik maupun aktivisme.
Tingkatkan pola pikir yang kritis, artinya tidak menerima segala informasi mentah-mentah dari pihak manapun. Jadilah maÂhasiswa yang aktif dan budayÂakan membaca buku, berdiskusi dengan dibarengi semangat Tri-darma Mahasiswa yaitu pendidiÂkan, penelitian dan pengembanÂgan dan pengabdian masyarakat.
Tanamkan dalam diri kalian jiwa manusia yang terdidik demi kemanusiaan bukan demi uang, popularitas apalagi kekuasaan.
Sedikit kutipan dari bapak bangsa yang terlupakan yakni Tan Malaka ia pernah berkata
“Tujuan pendidikan untuk mempertajam kecerdasan, memÂperkukuh kemauan serta memÂperhalus perasaan†dan “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan memiliki cicta-cita yang sederhaÂna, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.â€
Semoga tulisan kecil ini dapat menggugah perasaan dan pikiran teman-teman calon mahasiwa yang sebentar lagi akan memaÂsuki bangku perkuliahan. Tetap semangat dan jadilah Mahasiswa yang merdeka dalam berpikir dan bertindak. (*)
sumber: koranopini.com