PEMERINTAH berkomitmen tetap akan menggeber produksi minyak, meski kondisi harga minyak dunia kian terpuruk. Anjloknya harga minyak dunia hingga di bawah US$ 40/ barel, sejauh ini tidak berdampak terhadap produksi minyak Indonesia. Kementerian ESDM memuji keberhasilan SKK Migas dan komitmen para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam menjaga produksi minyak ini.
Oleh : Yuska Apitya
[email protected]
Meskipun harga minyak duÂnia turun, SKK Migas seÂmangatnya terus, koordiÂnasi berjalan dengan baik. Terima kasih juga pada KKKS,†kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam konÂferensi pers di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Dia menjelaskan, target produksi minyak bumi dalam APBN 2016 adalah 830 ribu barel per hari (bph). Sementara realÂisasi produksi selama Januari- Maret 2016 mencapai 835 ribu bph alias 100,6% dari target.
 “Target 830 ribu barel per hari. Sampai Maret average bulanan sekiÂtar 835 ribu barel per hari, artinya terealisasi 100,6% dibanding APBN. Semoga bisa terus dipertahankan sampai akhir tahun agar lifting bisa terjaga sesuai target kita,†ujarnya.
Begitu juga dengan produksi gas, masih di atas target. Rata-rata produksi gas bumi masih di atas tarÂget dalam APBN. Dalam APBN 2016, ditetapkan target produksi gas sebeÂsar 8.100-8.200 mmscfd. “Demikian juga gas bumi di APBN ditargetkan produksi kita 8.100-8200 mmscfd. Produksi bulan Maret rata-rata 8.290 mmscfd. Kalau kita ambil rata-ratanÂya ini naik menjadi 105% dari target. (Produksi gas) Bulan April juga masih terjaga,†kata dia.
Kondisi juga didukung dengan usaha Pemerintah melalui KemenÂterian ESDM yang akan segera meÂlelang 11 Wilayah Kerja (WK/blok) migas tahun ini, terdiri dari 4 lelang reguler dan 7 penawaran langsung. “Penawaran 11 blok migas ini akan diumumkan pada acara forum IndoÂnesian Petroleum Association (IPA) 2016,†kata Wiratmaja.
Sebanyak 4 blok yang akan dileÂlang secara reguler adalah South CPP, Suremana I, South East Mandar, dan North Arguni. Sedangkan 7 blok yang melalui penawaran langsung adalah Bukit Barat, Batu Gajah Dua, Kasongan, Ampuh, Ebuny, Onin, dan West Kaimana.
Untuk 4 blok yang melalui reguler tender, akses dokumen penawaran sudah dibuka mulai 1 Juni 2016-5 Oktober 2016, forum klarifikaÂsi dijadwalkan 8 Juni 2016-5 Oktober 2016, dan batas akhir penyampaian dokumen partisipasi tanggal 7 OkÂtober 2016. Ada pun untuk 7 blok yang melalui 7 direct proposal atau proposal langsung, akses dokumen penawaran sudah dibuka mulai 1 Juni 2016-22 Juli 2016, forum klarifiÂkasi dijadwalkan 8 Juni 2016-22 Juli 2016, dan batas akhir penyampaian dokumen partisipasi tanggal 25 Juli 2016. “Untuk persiapan stakeholder yang berminat, tanggal-tanggal yang harus dijaga dari sekarang sudah bisa dilihat. Batas akhir penyerahan doÂkumen partisipasi 25 Juni 2016,†kata Wiratmaja.
Terpusat di Cepu
Sementara itu, PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC), anak perusahaan PertamÂina yang mengoperasikan LapanÂgan Banyu Urip di Blok Cepu, tetap menggenjot produksi minyak meski harga sedang anjlok hingga di bawah US$ 40/barel.
Direktur Utama PEPC, AdriÂansyah, mengungkapkan dengan tingkat harga minyak rendah sekaÂrang pun, pihaknya masih memÂperoleh keuntungan dari produksi minyak di Cepu.
Biaya produksi minyak dari LaÂpangan Banyu Urip tak lebih dari US$ 20/barel. Maka bila harga minÂyak jatuh sampai US$ 30/barel pun produksi minyak dari Banyu Urip masih ekonomis. “Biaya produksi diÂrect itu sekitar US$ 6,5 per barel, ditÂambah operating cost sekitar US$ 12 per barel. Jadi dengan harga minyak US$ 30 per barel masih sangat masuk keekonomian. Itulah kenapa kami tidak menurunkan laju produksi,†ujar Adriansyah, dalam diskusi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, JuÂmat (8/4/2016).
Rata-rata produksi minyak dari Banyu Urip kini sudah di atas 170.000 barel per hari (bph). Dalam rencana pengembangan (Plan of DeÂvelopment/PoD) yang dibuat PEPC, sebenarnya puncak produksi (peak) Banyu Urip direncanakan hanya 165 ribu bph selama 3 tahun. Tetapi ternyata cadangan minyak yang ada lebih besar dari yang diperkirakan. Peak bisa melebihi 165 ribu bph dan bisa berlangsung lebih dari 3 tahun.
Produksi minyak yang melimpah dari Banyu Urip ini, Adriansyah meÂnambahkan, turut menjaga kestabiÂlan produksi minyak nasional. DenÂgan tingkat produksi saat ini, Banyu Urip menopang hampir seperlima dari total produksi minyak nasional. “Selama Banyu Urip berproduksi, kita bisa jaga produksi kita (nasional) hampir di rata-rata. 165 ribu bph itu hampir 20 persen lifting kita,†tanÂdasnya. (*)