BOGOR TODAY – Organisasi Internasional Solidarity Center menggandeng Migrant Care Indonesia menggelar konferensi global bertajuk “Migrasi Buruh: Siapa yang untung?â€. Bertempat di Novotel HoÂtel, jejamuan ini dihadiri lebih dari 250 peserta dari 25 negara.
Rekomendasi dari konferensi ini adaÂlah meminta negara-negara pengirim dan penerima imigran, untuk memastikan melindungi hak-hak buruh imigrasi dari ekploitasi dan mendorong negara penÂgirim buruh migran untuk mensejahteraÂkan para buruh. Mereka juga ingin memÂbuat reformasi sistem perekrutan yang tidak merugikan buruh migran dan meÂmangkas agen buruh yang nangkal.
Direktur Eksekutif Solidarity Center, Shawna Bader-Blau, mengatakan, konferÂensi ini diharapkan dapat menjadi forum berbagi ide untuk menjawab tantangan dan persoalan buruh migran diseluruh dunia. Ia juga menjelaskan, organisasi yang memperjuangkan hak pekerja ini telah mendata lebih dari 247 juta buruh di seluruh dunia yang bermigrasi ke negara lain untuk mencari kesejahteraan.
Menurut Shawna, para buruh migran itu rawan eksploitasi. Besar kemungkiÂnan para buruh migran mendapat perÂlakuan buruk dari majikan, mengalami ketidakadilan pemberian upah, penganiÂayaan, hingga risiko kematian. “Ini namanÂya perbudakan, kami akan berupaya keras untuk menghapuskan biaya terhadap buÂruh migran, †ungkapnya.
Shawna kembali menegaskan, unÂtuk mengatasi hal itu, Solidarity Center bersama seluruh partisipan konferensi, menggagas kampanye pembebasan uang rekrutmen untuk buruh migran. Hal terseÂbut juga tengah diupayakan di Indonesia oleh organisasi Migrant Care.
Sementara itu, Anis Hidayah, DirekÂtur Eksekutif Migrant Care, mengatakan akan segera membawa hasil konferensi ke pemerintahan Jokowi untuk ditindaklanÂjuti. Dirinya menegaskan, hasil yang telah didapatkan antara lain mendesak negara pengirim, negara penerima, dan negara transit untuk melindungi hak-hak buruh migran, khususnya para pekerja domestik. Menurut Anis, forum ini juga mendorong negara pengirim buruh miÂgran untuk mereformasi sistem rekrutÂmen, yakni meniadakan biaya penemÂpatan migran ke Luar Negeri. “Sampai sekarang, buruh migran belum semuanya mendapat keuntungan dari migrasi. Justru yang diuntungkan para mafia penempaÂtan buruh migran,†tegasnya.
Analisis kebijakan Migrant Care, Wahyu Susilo, mengatakan, pihaknya akan mengubah kebijakan publik, dan meÂnekan para agen-agen buruh untuk tidak mengambil keuntungan kepada buruh imigran. “ Harus segera dihapuskan biaya kepada para buruh imigran yang ingin bekerja. Karena hampir semua agen selalu mengambil keuntungan dari tiap buruh imigran,†kata dia.
(Rizky Dewantara)