JAKARTA TODAYÂ – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Adhi S. Lukman memperkirakan harga produk makanan dan minuman bakal naik 5-10 persen tahun depan. Salah satu sebabnya adalah keÂnaikan harga bahan baku sebagai akibat peleÂmahan nilai rupiah.
“Kenaikan 5-10 persen itu sudah maksiÂmal. Kalau lebih dari itu, malah akan memukul penjualan,†kata Adhi, kemarin.
Adhi berujar, masing-masing perusahaan telah melakukan simulasi terkait dengan peleÂmahan nilai rupiah. Dia memperkirakan indusÂtri makanan dan minuman Indonesia masih sanggup bertahan dengan nilai tukar rupiah sampai Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat. “Itu maksimum. Jadi, kalau bisa, dolar Amerika harus di bawah itu,†ucapnya.
Dampak pelemahan rupiah akan memberÂatkan industri makanan dan minuman lantaran bahan bakunya masih banyak yang diimpor. Adhi mencontohkan, bahan baku berupa gula industri dan terigu 100 persen masih diimpor. Begitu juga susu dan konsentrat buah yang 70 persen impor. Dengan kondisi tersebut, kenaiÂkan harga produk makanan dan minuman seÂharusnya sudah terjadi. Namun, tutur Adhi, hal itu masih sulit dilakukan karena saat yang sama daya beli masyarakat lemah. “Mau-tidak mau, perusahaan sekarang berusaha mengefisienÂkan diri dan mengurangi marginnya,†kata Adhi.
Adhi telah menyatakan kondisi tersebut keÂpada Presiden Joko Widodo dalam pertemuan di Istana Merdeka kemarin. Agar situasi tak makin memburuk, ia meminta dukungan pemerintah agar menjamin kelancaran pasokan bahan baku. Jika pemerintah memiliki kebijakan mengurangi impor, menurut Adhi, selayaknya dilihat dulu keÂmampuan industri dalam negeri untuk mengganÂtikan produk dari luar. “Jangan sampai ujungnya justru memukul industri dalam negeri,†ucapnya.
Kementerian Perindustrian mencatat, perÂtumbuhan industri makanan dan minuman pada triwulan pertama dan kedua 2015 masih 8 persen. Pada 2014, industri tersebut memberiÂkan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 560,62 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau 29,95 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Tahun lalu, ekspor industri makanan dan minuman sebesar US$ 5,55 miliar atau menyÂumbang 4,73 persen dari ekspor hasil industri.
(Yuska Apitya/net)