Untitled-6BOGOR, Today – Ban­yaknya penderita diabetes yang su­lit disembuhkan, membuat dua ma­hasiswa IPB, Wek­son Bagariang dan Kaisar Akhir mem­buat krim penyem­buh luka diabetes atau Krim Diabetrin. Krim yang terbuat dari limbah perikanan, memba­wa mereka masuk ke dalam 30 Ino­vasi Terbaik dengan hadiah Rp 10 juta dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI.

“Kami menang Ajang Lomba Inovasi IPTEK Pemuda Nasion­al. Bersyukur dan senang dapat berkontribusi dalam pengemban­gan dan pemanfaatan sumber daya laut (cumi dan ikan),” ujar anggota tim, Kaisar Akhir, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Kaisar menambahkan, krim tersebut merupakan salah satu upa­ya dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, khusus­nya penderita luka diabetes. Manfaat yang didapat dari penggunaan krim diabe­tri yaitu untuk memper­cepat penyembuhan luka diabetes.

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Pendapat serupa disampaikan ketua tim, Wekson Bagari­ang, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, nama diabetrin dilatar belakangi dari penyakit diabetes dan juga untuk memudahkan nanti­nya konsumen mengingat produk. Krim tersebut terbuat dari limbah perikanan pen cumi (kitosan) dan kulit ikan (kolagen). Sementara bahan aktif yang digunakan yaitu kitosan. Kitosan ini memiliki keis­timewaan yang dimana bahan aktif tersebut memiliki banyak fungsi.

“Sebagai polielektrolit pengo­lahan limbah cair, pengikat dan penyerap (ion logam, mikroorgan­isme, mikroalga, pewarna, residu pestisida dan lemak), pembentuk film, pencampur ransom pakan ter­nak, antimikroba, antijamur, serat bahan pangan dan penstabil. Serta kitosan juga memiliki fungsi sebagai antitumor dan antivirus,” jelasnya.

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Wekson mengungkapkan, proses awalnya yaitu pembuatan kitosan dari pen cumi melewati proses de­proteinisasi, demineralisasi dan dea­setilisasi. Kemudian pembuatan ko­lagen melewati proses pretreatment, hidrolisis kulit, dan ekstraksi. Lalu barulah pembuatan basis krim yang nantinya akan dicampurkan dengan bahan aktifnya yaitu kitosan dan kola­gen. Kesulitan yang sempat dihada­pi tim menurut Wekson yaitu awal pembuatan kitosan agak sulit kare­na membutuhkan ketelitian dalam pengerjaannya. Ketika melakukan ujicoba pada tikus, perlu membu­tuhkan tenaga ahli.

“Kami berharap kedepannya bisa melakukan kerjasama dengan PT. Bogor Life Science Technology (BLST) untuk nantinya dapat mem­bantu dalam melakukan uji klinis (agar aman jika dipakai nantinya ke manusia), terdaftar BPOM dan halal MUI serta dapat diproduksi skala menengah dan dipasarkan di Jabo­detabek,” tutupnya.

(Latifa Fitria)

============================================================
============================================================
============================================================