Para pengembang kawasan industri sedang bersiap-siap untuk menghadapi ekspansi perusahaan-perusahaan dari Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya. Selain wilayah barat dan timur Jakarta, Sukabumi juga dilirik investor dalam menanamkan modalnya untuk mengembangkan kawasan industri. Triliunan rupiah pun disiapkan.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Analis Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menilai memandang prospek kaÂwasan industri sebenarnya cukup baÂgus karena mendapat dukungan dari pemerintah. Hanya saja, perlambatan ekonomi yang terjadi akan menahan minat investor asing untuk masuk ke dalam negeri. Namun, melihat kuartal III ekonomi akan mengalami perÂbaikan seiring dengan terealÂisasinya proyek infrastruktur pemerintah sehingga penjuaÂlan lahan industri akan memÂbaik. Perkiraaannya, kinerja emiten kawasan industri akan tumbuh meskipun terbatas.
Presiden Direktur Olympic Group, Au Bintoro, mengtaÂkan selain memperluas pasar ekspor furniture ke berbagai negara bidikan, Ia juga menyaÂtakan tengah fokus melakukan ekspansi pada sektor pembanÂgunan kawasan industri terinÂtegrasi. Sebagai pilot project, Olympic bakal menanamkan modalnya di wilayah SukabuÂmi.
“Meski kami optimistis di 2015, tapi bukan berarti tanpa kendala. Kendala pertama adalah kenaikan UMR cukup tinggi dan tidak merata, kalau merata tidak masalah. Jawa Timur sekitar Rp1 jutaan, BoÂgor dan sekitarnya Rp2 juta lebih. Makanya, Olympic akan lakukan relokasi pabrik di KeÂdung Halang ini ke wilayah Sukabumi. Di sana lahan lebih murah, tenaga kerja banyak dan juga murah. Di sini (Kota Bogor) udah tidak cocok, nilai ekonomisnya sudah tidak baik lantaran harga terlampau tinggi,†jelas Au Bintoro.
Untuk pabrik anyarnya itu, Au akan merelokasi pada 2017 mendatang. “Investasi cukup besar, nilai detailnya nanti diÂinfokan. Yang jelas Olympic akan menempati lahan sekitar 15 hektare di sana. Kapasitas produknya pastinya akan lebih besar dari yang di Bogor, dalam setahun kami target sekitar Rp1 triliun,†imbuhnya.
“Di Sukabumi merupakan sebuah kawasan industri baru yang sedang kami persiapkan khusus untuk sentra indusÂtri furnitur. Nanti akan tarik investor dari luar juga untuk kumpul di Sukabumi. Jadi, nanti di Cikembar, Sukabumi, itu merupakan suatu kota tempat berkumpulnya pelaku bisnis furniture dari berbagai negara. Tahap pertama kami akan bangun 250 hektare,†bebernya.
Jika sukses, Sukabumi akan menjadi pilot project kawasan industri yang digagas Olympic Group. Pihaknya juga akan melÂakukan ekspansi ke daerah lain dengan membangun kawasan serupa seperti di Cirebon, SeÂmarang, Jepara, Bali dan KaÂlimantan. “Beberapa titik ini yang akan dijadikan kawasan industri khusus furniture dan kerjainan rotan. Pilot projectÂnya di Sukabumi. Sedang diperÂsipakan konsepnya dan akan dipresentasikan ke pemerintah setempat,†pungkasnya.
Sebelumnya, Associate DiÂrector Colliers International InÂdonesia, Ferry Salanto menilai kawasan industri Indonesia masih menjadi lahan investasi yang menarik. Indonesia menÂjadi incaran keenam untuk invÂestasi. Hal itu terlihat dari banÂyaknya modal asing yang akan masuk ke Indonesia untuk sekÂtor industri.
“Indonesia menduduki perÂingkat keenam dunia untuk menanamkan investasinya. Banyak pemodal asing yang mau masuk ke Indonesia teruÂtama ke kawasan industri,†kata Ferry Salanto.
Wilayah barat dan timur JaÂkarta juga tampaknya sedang bersiap-siap untuk menghadaÂpi ekspansi perusahaan- peruÂsahaan dari Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Walaupun pelambatan perekonomian dunia sedikit mengganggu perencanaan para pengusaha dunia, naÂmun diperkirakan pada tahun depan atau lebih tepatnya taÂhun 2017 perekonomian dunia bakal kembali bergeliat.
“Memang relatif. Karena, kalau kita sih jujur bilang, peÂmasaran pada tahun ini cukup bagus. Sebab kita memang tidak banyak transaksi tapi kita menÂdapatkan tenan besar. Seperti pada Juli mendatang kita akan transaksi dengan perusahaan otomotif asal Amerika yang bekerja sama dengan Tiongkok sebanyaak 60 hektare,†kata Stefanus Sehonanda, General Manager Sales and Mareketing PT Putradelta Lestari, pengemÂbang kawasan industri terpadu Kota Deltamas milik Kelompok Usaha Sinarmas Land.
Stefanus menambahkan, bagi pengembang kawasan industri yang memunyai land bank sedikit mungkin bakal keÂsulitan untuk bisa menjual 60 hektare sekaligus. “Makanya kita optimis target penjualan 100 hektare pada tahun ini bisa tercapai. Sebab, sampai pertenÂgahan tahun ini saja sudah tersisa 20 hektare. Jadi target tahun bisa tercapai lah,†pungÂkasnya.
Mengenai harga tanah inÂdustri, hasil riset Cushman & Wakefield menyebutkan lonjaÂkan harga tanah industri pada kuartal pertama 2015 paling tinggi tercatat di kawasan BekaÂsi, yakni 30,83 perseb dari 2,07 juta rupiah per m2 pada kuarÂtal pertama 2014 menjadi 2,70 juta rupiah per m2 pada kuarÂtal pertama 2015. Kemudian, disusul di kawasan Serang yang naik 29,54 persen, yakni dari 1,10 juta rupiah per m2 menjadi 1,42 juta rupiah per m2.
Sedangkan peningkatan harga terkecil terjadi di kaÂwasan Bogor, yakni sekitar 5,88 perseb menjadi 1,8 juta rupiah per m2. Arief menjelaskan, seÂcara kumulatif suplai lahan unÂtuk kawasan industri pada taÂhun ini sebesar 11.000 hektare atau naik 12 persen dibandingÂkan 2014 yang sebesar 10.723 hektare. Pada kuartal pertama 2015, suplai tanah industri mencapai 340 ha dan yang terjual 74,9 persen dari angka itu.Sedangkan sepanjang 2015, pasokan yang bakal masuk mencapai sekitar 500 hektare.
(Apriyadi H/KJ)